TEHERAN – Salah seorang anggota petinggi Dewan Kebijaksanaan Iran,
Mohammad Mirmohammadi dinyatakan meninggal dunia setelah terinfeksi virus Corona
atau COVID-19 pada Senin (2/3).
Radio pemerintah Iran melaporkan,
bahwa Mirmohammadi merupakan pejabat tinggi Iran pertama yang meninggal akibat
wabah serupa SARS tersebut. Mirmohammadi meninggal pada usia sekitar 70 tahunan
di rumah sakit Teheran.
Dikutip dari Anadolu Agency, Dewan
Kebijaksanaan Iran merupakan dewan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah
Ali Khamenei. Selain memberi masukan, dewan tersebut juga memiliki kewenangan
untuk menyelesaikan setiap sengketa yang terjadi antara parlemen Iran dan
Khamenei.
Baca Juga:Bupati Kuningan Lantik Ratusan KepsekKisruh Pasar Ciputat, DPRD Pasang Badan
Sejauh ini, seperti dilaporkan AFP,
Iran mencatat ada 1.501 kasus virus Corona dengan 66 korban meninggal. Salah
satu wakil presiden Iran, Masoumeh Ebtekar, dan tujuh pejabat Iran lainnya juga
didiagnosa positif Corona.
Iran menjadi negara dengan kasus
virus Corona dan juga kematian terbanyak di Timur Tengah. Iran menjadi negara
dengan jumlah korban meninggal terbanyak setelah China.
Adapun jumlah korban meninggal
dunia akibat infeksi (Covid-19) hingga Senin ini mencapai 3.041 orang di seluruh
dunia. Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mencatat sekitar 2.921 orang
dengan 42 kematian baru berasal dari Provinsi Hubei.
Sementara itu, para ahli kesehatan
internasional menilai, kasus virus Corona (Covid-19) di Iran jauh lebih
mematikan ketimbang di China. Terlihat dari tingkat persentase kematian yang
lebih tinggi di Iran.
Berdasarkan data penyebaran virus Corona
dari Johns Hopkins CSSE, jumlah kasus positif di Iran mencapai 593 kasus. Dari
jumlah itu, lebih dari 60 orang telah dinyatakan meninggal. Artinya, tingkat
kematian akibat virus Corona di Iran mencapai 7,25 persen.
Jika dibandingkan dengan China,
tingkat kematian hanya 3,59 persen dari total kasus yang ada. Jumlah kasus
virus Corona di China mencapai 79.826 dengan korban jiwa sebanyak 2.870 orang.
“Jika Anda menghitung tingkat
kasus atau kematian dengan cara itu, itu akan menjadi sangat tinggi,”
ungkap ahli epidemiologi di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, Cecile
Viboud.
Baca Juga:Dosen FK UGJ Pengabdian Masyarakat di Desa LempuyangDodon Lempar Handuk? Ngaku Sakit dan Tidak akan Ikut Penulisan Makalah
Menurut Cecile, persentase di
negara selain China juga lebih rendah ketimbang di Iran. Misalnya, Korea
Selatan dengan 3.526 kasus dan korban jiwa 17 orang, sehingga tingkat kematian