CIREBON – Rencana Dinas Pendidikan yang akan membuat sekolah di Kota Cirebon memiliki brand masing-masing, diharapkan dapat menjadi solusi pemerataan siswa. Mengingat sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) belum banyak berubah.
Kepala SMPN 10, Sahlan, mengapresiasi rencana dinas pendidikan. Dengan demikian, tidak ada lagi sekolah favorit dan nonfavorit.
Setiap sekolah punya ciri khas dan keunggulan masing-masing. Sehingga masyarakat bisa memilih sesuai dengan kencederungan dan potensinya.
Baca Juga:Antisipasi Corona, Kejagung Kirim Surat ke Kejari dan KejatiSelain Jalan Perjuangan, Lalin Perumnas Juga Perlu Perhatian
“Brand sekolah sebenarnya cita-cita kita bersama. Jadi siswa bisa menilai sekolah mana yang mereka idolakan. Sesuai minat mereka,” ujar Sahlan, kepada Radar Cirebon, Rabu (4/3).
Soal brand, Sahlan mengungkapkan, SMPN 10 mengusung konsep ”Beribadah” yang merupakan akronim dari berkarakter, inovatif, berilmu, amanah, disiplin, lingkungan aman dan lingkungan yang hijau.
“Brand kami, ingin jadi pencetak siswa yang hafal Alquran dan jago matematika,” tuturnya.
SMPN 10 saat ini memiliki siswa sebanyak 846, untuk kelas IX
yang akan mengikuti ujian sebanyak 256 terdiri dari SMP Terbuka 3, Lemahwungkuk
11 siswa, siswa reguler 245.
Lain lagi dengan SMPN 7 yang mengusung brand Adiwiyata sekolah sehat. Wakil Kepala Sekolah SMPN 7, Dewi
Yoni Setyorini mengungkapkan, tahun 2019 SMPN 7 mengikuti lomba sekolah sehat
tingkat Provinsi Jawa Barat.
Oleh karenanya, SMPN 7 sudah menerapkan kepada siswa berperilaku hidup bersih dan sehat. Termasuk siswa yang jajan mesti membawa gelas sendiri dan tidak boleh menggunakan plastik.
Menurut Yoni, sekolah mengajak siswa untuk peduli lingkungan.
Termasuk membuat suasana sekolah yang asri dan sehat dengan aneka tanaman.
Baca Juga:Bupati Kuningan: Stok Pangan Aman, Jangan PanikBrimob ke Darul Atsar
Kepala Dinas Pendidikan, Irawan Wahyono menjelaskan, rencana setiap sekolah memiliki brand itu dalam rangka menghapus dikotomi sekolah favorit dan tidak favorit. Dengan brand itu, sekolah bisa menjual produk unggulannya ke masyarakat. Dari situ masyarakat bisa memilih sekolah yang diinginkan berdasarkan brand.
“Kami ingin masing-masing sekolah memunculkan brand yang dijual ke masyarakat. Apakah
keseniannya, budaya, mata pelajaran. Atau bahkan hafidz Alquran,” jelasnya.
Bagi Irawan brand sekolah
sangat penting. Tak sekadar jadi ciri khas, sekolah mesti benar-benar
mengembangkannya. Misal, sekolah yang
memiliki brand olahraga, diarahkan