menghadiri pemakaman ayahnya.
Itu menandakan di kelas
mana bahayanya Sholeh dari kacamata Orde Baru. Kini Sholeh sudah berumur 42
tahun. Ia tetap percaya pada demokrasi –meski kenyataannya harus serba uang
seperti sekarang. Sebagai pengacara, banyak perkara yang ditanganinya. Tapi
yang sangat terkenal adalah perkara –Anda sudah tahu– Kanjeng Dimas. Yakni
orang Probolinggo yang mengaku bisa menggandakan uang itu.
Yang saya tidak tahu:
Sholeh ternyata pernah menguji Kanjeng Dimas di kamar hotelnya. “Waktu itu
kalau Kanjeng Dimas tidak mau saya tes saya tidak mau jadi pengacaranya,” ujar
Sholeh dua hari lalu. Kebetulan Kanjeng Dimas sendiri yang meminta Sholeh jadi
pengacaranya. “Beliau ingin mencari pengacara yang pemberani,” ujar Sholeh
mengutip ucapan kliennya saat itu.
Hasil pengetesannya
positif: Kanjeng Dimas bisa mengeluarkan uang dari belakang pinggangnya.
Padahal kursi yang diduduki Kanjeng Dimas itu disiapkan oleh Sholeh. Kanjeng
Dimas juga hanya mengenakan baju batik lengan panjang –tidak mengenakan jubah.
Baca Juga:Pekan Ini Balai Arkeologi Turun ke Situs MatangajiBantu Pembangunan Masjid Lewat Bazar
Setelah duduk di kursi
tersebut Kanjeng Dimas menempatkan kedua tangannya di belakang pinggangnya.
Tidak sampai lima menit kemudian salah satu tangannya seperti menarik barang
dari belakang pinggangnya itu. Barang itu ia lemparkan ke lantai. Bentuknya
uang segenggam. Dolar Singapura. Pecahan 1.000 dolar.
Sholeh mengambil uang itu.
Ia hitung. Nilainya Rp50 juta lebih. “Saya bawa uang itu ke money changer.
Milik teman saya. Ia tahu saya pengacara Kanjeng Dimas. Ia langsung bertanya
pada saya: uang dari Kanjeng Dimas ya?,” ujar Sholeh.
Tentu Sholeh mengiyakan. “Asli
semua lho mas Sholeh,” ujar petugas money changer itu –ikut terheran-heran. “Di
mana uang itu sekarang?” tanya saya. “Saya pakailah untuk belanja,” ujar
Sholeh.
Ternyata Sholeh sempat
menantang majelis hakim. Untuk minta Kanjeng Dimas demo di depan sidang.
Seperti yang pernah ia lakukan. “Kanjeng Dimas sendiri sebenarnya siap. Tapi
majelis hakim menganggap tidak perlu,” ujar Sholeh.
Baiklah. Sholeh sudah
terkenal sebagai pengacara di Surabaya. Tapi kenapa masih begitu ingin jadi
wali kota? “Saya ingin memperjuangkan orang kecil lewat kekuasaan,” ujarnya. Sampai