CIREBON – Truk
muatan sampah yang hendak menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur kerap
menimbulkan antrean di jalan raya setempat. Disebabkan karena terbatasnya akses
jalan yang membuat truk-truk tersebut harus bergantian ketika ingin menurunkan
muatannya.
Di tahun 2020 ini, sudah dianggarkan untuk dibuatkan akses
pintu baru agar lebih efisien. Kepala UPT TPA Kopi Luhur Dudung Abdul Barry
mengatakan, meski antrean kerap terjadi, namun tidak sampai mengular panjang.
Hanya sekitar 3-4 truk.
Untuk itu, tahun 2020 telah dianggarkan untuk membuat pintu
baru tempat keluarnya truk setelah menurunkan muatan. “Kalau sekarang
antara pintu masuk dan keluar kan
sama. Rencananya akan dibuat pintu keluar, jadi setelah menurunkan muatan, truk
tinggal lurus untuk menuju keluar,” kata Dudung, kepada Radar, Jumat (6/3).
Baca Juga:Perkuat Persatuan, Kesbangpol Kumpulkan Ragam SukuPenataan Komplek Astana Gunung Jati Segera Dilakukan
Untuk saat ini, truk tidak lagi kesulitan melakukan manuver
karena jalan yang becek. Akses jalan sudah dicor dan mudah untuk dilalui.
Dudung menyampaikan, dalam 1 hari ada 20 hingga 30 truk yang menaruh muatan di
TPA. Selain membuat pintu keluar, imbuhnya, TPA Kopi Luhur juga akan dibuatkan
jembatan timbang.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang (DPUPR) Kota Cirebon, Wadi SE pernah menyampaikan, betonisasi jalan di
area dalam TPA Kopi Luhur menjadi salah satu yang diajukan sebagai program prioritas. Namun minimnya anggaran
membuat pihaknya tidak bisa segera melakukan hal tersebut. “Kemungkinan dalam
waktu dekat masih belum,” ungkapnya.
Wadi menjelaskan, selain betonisasi TPA Kopi Luhur, beberapa
infrastruktur lain juga membutuhkan perbaikan serupa. Seperti misalnya
perbaikan jembatan, senderan sungai dan pemeliharaan jalan yang berlubang.
“Semua yang diajukan juga sangat penting. Tapi kita tetap berusaha untuk
mengajukan perubahan,” ucapnya.
Di TPA Kopi Luhur sendiri dalam sehari melayani puluhan
armada sampah yang lalu lalang untuk membongkar muatan sampah dari kota. Dengan
kondisi demikian, dikhawatirkan membuat proses pengangkutan sampah dari kota ke
TPA menjadi terkendala. Imbasnya, sampah akan menumpuk dan membuat TPS
mengalami kelebuhan mutan atau over load.
(ade)