Kiai sendiri yang akan mengemudikan mobil itu: sedan Audi warna hitam yang relatif masih baru. Semua bangunan bertingkat di Gintung itu Kiai sendiri yang menggambar. Tepatnya: yang merancang. “Saya menggambarnya di tanah,” katanya sambil tertawa. Tata letak gedung-gedung itu juga ia sendiri yang menentukan.
Bahkan ia sendiri yang mengemudikan alat-alat berat untuk menggali tanah. Kalau ia lagi di atas beko, sama sekali tidak terlihat kekiaiannya. Rupanya keinginan menjadi insinyur tidak pernah padam. Diam-diam ia mendalami sendiri ilmu teknik di luar bangku kuliah. “Awalnya karena senang saja. Lalu karena marah,” ujar Kiai Sahiduddin.
Kenapa? Tahun 1976 lalu pemerintah menjanjikan membangun Balai Latihan Kerja (BLK) di Pondok Gintung. Alat-alat las akan didatangkan. Demikian juga mesin bubut. Letak bangunan BLK pun sudah ditentukan. “Tapi bantuan BLK itu dibatalkan. Penyebabnya satu: Golkar kalah Pemilu 1977 di sini,” ujar Kiai Sahiduddin.
Baca Juga:Hasil Liga Champions PSG vs Dortmund: Skor 2-0, PSG Lolos ke Perempat FinalKuningan Bakal Miliki Mal Pelayanan Publik
Sejak itu Kiai Sahiduddin membangun sendiri gedung BLK. Membeli sendiri peralatan las dan pemotong besi. Ia pun belajar pekerjaan bengkel. Ternyata bisa. Karya pertamanya adalah tempat tidur bertingkat dari besi. Itulah tempat tidur made in kiai. Untuk tidur para santri. Mungkin bisa lebih barokah. Akhirnya seluruh tempat tidur santri tidak ada yang beli. Tiap kamar berisi 5 tempat tidur bertingkat.
Berarti satu kamar berisi 10 santri. Di pondok ini kamar mandi dan toilet santri sudah di dalam masing-masing kamar. Begitu luas pesantren ini. Sampai dibagi dalam tiga zona: Daar el Qalam 1, 2 dan 3. Belum lagi pondok lainnya yang didirikan adik-adik Sahiduddin. Yakni Pondok Laa Tansa 1 dan 2. Yang sampai tingkat perguruan tinggi. Gitaris Band Wali, Apoy (Aan Kurnia) adalah lulusan Laa Tansa.
Saya ikut saja ke mana kiai mengemudikan Audi di kompleks Pondok Gintung ini. Semua bangunan bertingkat terhubung dengan jalan yang dibeton. “Kalau yang zona 3 ini ditangani insinyur beneran,” ujar Kiai Sahiduddin. “Gerbangnya agak berbeda,” tambahnya.
Yang dimaksud insinyur beneran adalah anak pertamanya. Sang anak memang insinyur mesin dari STTN. Ialah yang menjadi kiai di Daar el Qalam 3. Dendam jadi insinyur rupanya ia wujudkan ke anaknya. Dendam turunan. (dahlan iskan)