Dihajar Virus Corona, Kini Disusul DBD Mengganas

Dihajar Virus Corona, Kini Disusul DBD Mengganas
Infografis Virus Corona dan DBD
0 Komentar

dari seluruh data yang kami kumpulkan di 22 kabupaten/kota terkait DBD, sudah
ada 37 orang yang meninggal sejak Januari hingga Maret,” kata Sekretaris Dikes NTT
David Mandala.

Tingginya angka kematian
akibat DBD, anggota Komisi IX DPR RI Nabil Haroen meminta pemerintah
meningkatkan perhatian atas kasus ini. Pemerintah diminta membagi perhatiannya
ke kasus DBD di tengah mengurusi virus corona atau Covid-19. “Data terakhir,
lebih dari 16 ribu kasus dari Januari hingga Maret 2020 dengan jumlah korban
meninggal sekitar 100 pasien,” katanya melalui pesan tertulisnya, Rabu (11/3).

Nabil menilai meningkatnya
kasus DBD disebabkan program berkelanjutan dan prasarana obat-obatan untuk
menangani pasien yang kurang. “Tidak perlu panik atau histeris. Persiapan yang
tepat sasaran dan memantau informasi terkini yang benar merupakan cara terbaik
untuk menghindari bencana dalam skala yang lebih besar,” tandasnya.

Baca Juga:Polisi Pulangkan Ririn EkawatiPablo Benua Tepergok Nongkrong di Kafe

Pengamat Kebijakan Publik
Yusdiyanto Alam mengatakan pada kondisi inilah pemerintah dan kebijakannya
tengah diuji. Krisis ekonomi di depan mata, ini sejalan dengan gagalnya
investasi. Kondisi makin buruk dengan wabah virus corona yang tak
henti-hentinya puluhan orang terinfeksi. Belum lagi sejumlah wilayah terdampak
bencana.

“Kerja keras pemerintah
memang patut dipuji dalam penanganannya. Namun wabah ini bukan sekadar memangsa
warga, tapi dampak yang ditimbulkan, berimbas pada sendi ekonomi. Anda bisa
bayangkan, orang mau keluar rumah saja, sekarang waswas. Karena mayoritas tidak
tahu, bagaimana mengidentifikasi virus itu,” terangnya kepada Fajar
Indonesia Network/FIN
(Radar Cirebon Group), kemarin.

Dari China, sambung
Yusdiyanto, pemerintah dapat mengambil pelajaran penting dalam memerangi
penyakit ini. Virus corona sendiri telah menyebar ke lebih dari 100 negara, di
mana Italia, Iran, dan Korea Selatan muncul sebagai episentrum epidemi yang
berkembang. Italia melaporkan lebih dari 1.000 kasus infeksi, menyusul Korea
Selatan sebagai negara yang paling parah terkena dampak di luar China.

Amerika Serikat juga telah
mulai melaporkan lebih banyak kasus yang dikonfirmasi karena otoritas kesehatan
memberlakukan beberapa pembatasan yang membatasi ketersediaan pengujian untuk
penularan. Sementara di China, kasus epidemi itu mulai mengecil, dengan hanya

0 Komentar