MAJALENGKA – Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat selama tahun
2020, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Majalengka mencapai 77
kasus. Hal tersebut tercatat sejak bulan Januari dan akhir Februari lalu.
“Untuk Januari cukup tinggi atau 40
kasus. Sementara di bulan Februari kemarin mencapai 37 kasus. Namun bulan
Februari ini ada satu pasien asal Kecamatan Rajagaluh meninggal dunia,” kata Kepala
Dinas Kesehatan, H Alimudin SSos MM MMKes, kemarin.
Alimudin menyebutkan, angka
tersebut tersebar di sejumlah wilayah yang ditetapkan endemis DBD. Di antaranya
Jatiwangi, Kelurahan Munjul, Kecamatan Kasokandel, Kadipaten, Dawuan,
Majalengka, Ligung, Sumberjaya dan Jatitujuh serta beberapa wilayah utara
Majalengka lainnya. Adapun tahun 2019 lalu, jumlah DBD di Kota Angin mencapai
475 kasus dan dua orang di antaranya meninggal dunia.
Baca Juga:Surati Jokowi, WHO Beri 5 Rekomendasi Termasuk Deklarasi Darurat Nasional10 Negara dengan Kasus Virus Corona Terbanyak
“Sementara untuk jumlah kurun waktu
enam tahun terakhir ini sudah tercatat 16 orang meninggal dunia yang disebabkan
nyamuk aedes aegipty ini,” paparnya.
Dikatakan, kondisi ini selain
dipengaruhi kondisi cuaca, juga lingkungan dan perilaku masyarakat yang masih
mengabaikan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sehingga dengan daya dukung
habitatnya yang memadai untuk perkembangbiakan nyamuk yang menjadi penular
virus dengue, selama itu pula kasus DBD akan selalu ada di lingkungan
masyarakat.
Sehingga, kata Ali, tidak
mengherankan dengan karakteristik khasnya penyebaran penyakit ini menonjol di
wilayah endemis yang sebagian besar berada di dataran rendah.
Menurutnya, untuk penanganan
penyakit tersebut, pihaknya sudah menerapkan sistem kewaspadaan dini hingga
jajaran terkait di puskesmas. Agar petugas kesehatan di lapangan gencar
melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pemberantasan
sarang nyamuk. Serta melaporkan jika ada ada kasus DBD di wilayah kerjanya.
Ditambahkan, pihaknya terus
melakukan investigasi epidemiologi, hingga pengasapan (fogging) yang sudah
dilakukan di hampir seluruh wilayah puskesmas, kecuali di daerah non endemis.
“Pengasapan bukan langkah yang
paling efektif meredakan penyakit ini, yang paling penting upaya pencegahan
dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” tuturnya.
Sementara itu, kepala Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Abd Rachman Rosidi SKM MKM
menambahkan, pada musim hujan kasus DBD selalu tinggi. Ini dipicu akibat curah