hujan karena diduga banyak genangan air tempat bersarangnya jentik-jentik
nyamuk.
Disamping itu juga berlanjut hingga
di musim pacaroba yang harus tetap diwaspadai.
“Jumlah tersebut masih akan terus
bertambah seiring sejumlah puskesmas dan rumah sakit masih mengirimkan
laporannya,” jelasnya.
Menurutnya, di Kabupaten Majalengka
hampir semua wilayah kecamatan muncul kasus DBD terkecuali Kecamatan
Lemahsugih. Sedangkan daerah lainnya meski berada di atas 1.000 DPL seperti
Cikijing, Bantarujeg, Malausma, Talaga, dan Banjaran tidak bebas lagi dari
ancaman penyakit DBD.
Baca Juga:Surati Jokowi, WHO Beri 5 Rekomendasi Termasuk Deklarasi Darurat Nasional10 Negara dengan Kasus Virus Corona Terbanyak
Selain itu, penyebaran kasus DBD
tidak lagi hanya muncul di kawasan utara Majalengka (berada di bawah 1.000
DPL). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi.
Kemudian perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim serta perubahan
kepadatan dan distribusi penduduk. Ini memang masih perlu dilakukan kajian
lagi, sehingga dapat diketahui secara pasti munculnya kasus DBD di daerah yang
memiliki ketinggian diatas 1.000 DPL.
Ia menjelaskan, penyakit DBD
ditularkan dari penderita yang sakit atau diduga carier dengan bantuan vector
berupa nyamuk Aedes Aegypty sebagai vector utama, dan Aedes Albopictus sebagai
vector sekundernya. Munculnya kasus DBD tidakhanya di rumah tetapi bisa
juga tempat lainnya seperti di sekolah
atau di tempat kerja. Sehingga gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) perlu
juga digalakkan di sekolah dan di tempat kerja.
Telah terjadi perubahan pola
penyakit DBD juga, di mana dahulu DBD adalah penyakit pada anak-anak di bawah
15 tahun. Namun saat ini telah menyerang seluruh kelompok umur dan semua
kelompok sosial. “Sekarang tidak ada yang bebas dari penyakit ini mulai
dari rakyat biasa sampai pejabat juga dapat terserang penyakit DBD,” ulasnya. (ono)