Dalam konteks Pilkada, issue engagement terjadi di mana komunikator politik seperti kandidat, analis politik, aktivis, pemilih, dan lain sebagainya dapat mengintroduksi isu-isu politik dan mendiskusikannya. Dengan framing dan fungsi agenda-setting serta idealismenya, pers sebagai komunikator politik dapat memberitakan isu-isu politik krusial selama masa kontestasi elektoral Pilkada. Tidak lain agar kandidat, pemilih, analis politik, aktivis dan pemangku kepentingan Pilkada (the electoral stakeholders) lainnya dapat terlibat dalam perdebatan diskusi tersebut.
Mengapa issue engagement penting di ruang publik? Berdasarkan temuan riset, Thomas M. Meyer dan Markus Wagner (2015) mendapati bahwa issue engagement memiliki implikasi penting bagi pemahaman kualitas demokratik kampanye pemilu. Dengan issue engagement, pemilih dapat mengevaluasi isu atau wacana politik, bahkan program yang ditawarkan kandidat. Issue engagement dapat menghadirkan pilihan politik terinformasikan dengan baik (the well-informed choices).
Kini issue engagement pemilih semakin terfasilitasi dengan teknologi mutakhir intenet (Web 2.0 dan Web 3.0) yang telah berhasil mentransformasikan ruang publik konvensional menjadi ruang publik digital, sehingga kini ada istilah e-democracy. Dengan ruang publik tersebut, lanskap komunikasi poltik tidak sekadar menjadi lebih interaktif tanpa dibatasi ruang dan waktu, tetapi juga berbasiskan informasi politik yang melimpah (abundantly informed). Internet telah mengubah cara publik berdemokrasi.Â
Baca Juga:Kinerja Jaksa Agung DikritikTiga Menteri Diserang Hoax Isu Positif Covid-19 Kembali Dibantah
Pada 30 Januari 2020,
We are Social & Hootsuite merilis data Digital 2020. Berdasarkan data
tersebut, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia berada di ranking ketiga
dunia setelah India dan China. Indonesia mengalami pertumbuhan pengguna
internet tahunan lebih dari 17%.
Tidak hanya itu saja, rata-rata 7 jam 59 menit dalam sehari pengguna internet Indonesia (yang berusia 16-64 tahun) meluangkan waktunya untuk berinternet. Ini di atas rata-rata dunia yaitu 6 jam 43 detik. Dalam perspektif optimisme digital, data tersebut mendeskripsikan bahwa internet dapat menghadirkan peluang besar peningkatan kualitas demokrasi melalui ruang publik digital.
Sebagai agent of change (agen perubahan) dan moral agent (agen moral), para intelektual yang tinggal di daerah memiliki peran strategis untuk terlibat aktif di ruang publik digital tersebut. Secara imperatif, intelektual dituntut untuk dapat berkontribusi dalam mewujudkan optimisme digital tersebut di tengah Indonesia sedang terus menguatkan konsolidasi demokrasi.