Anak muda asal Cirebon menjadi pelopor layanan kesehatan
mental pertama di Indonesia yang dikampanyekan kepada pelajar. Alumni SMAN 2
itu adalah Kavin Arshidiqqi (21). Digaungkan dengan nama I Am Okay, diharapkan
mampu menghilangkan stigma negatif kesehatan mental anak usia remaja.
ADE GUSTIANA, Cirebon
KAVIN adalah
mantan Abang None Jakarta tahun 2018 dan berpasangan dengan Athalla Hardian. Kini,
Kavin bertugas sebagai Co Founder dan Athalla sebagai Founder I Am Okay.
Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 6 Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang terlibat.
Pasca berakhirnya Abang None, menjadi titik awal mereka
berdua menciptakan program pengabdian kepada masyarakat tersebut. I Am Okay
adalah sebuah platform yang
digerakkan mereka yang berusia 18-21 tahun. Mayoritas berasal dari mahasiswa
Universitas Indonesia (UI) Jurusan Psikologi. I Am Okay dikampanyekan secara
online dan offline.
Baca Juga:Liga Italia Sulit Mulai Lagi di Bulan AprilRencanakan Pindah, Ini Dia Nama Klub Baru Cristiano Ronaldo
Bagi Kavin, kesehatan mental perlu segera dibina sejak muda.
Agar di masa depan, mereka dapat menyambut sukses dengan mental yang sehat.
Layanan dilakukan dengan road show.
Baik online maupun offline. Ariel Tatum, dipilih sebagai brand ambassador. Road show offline
dilakukan di enam sekolah yang ada di Jakarta.
Enam sekolah itu mewakili semua wilayah DKI Jakarta,
termasuk Pulau Seribu. Dipilih sekolah-sekolah yang memiliki isu kesehatan
mental.
Mahasiswa semester VI di salah satu kampus yang ada di
Bandung itu menyebutkan, kampanye dimulai dan di-launching 2 Maret di Balai Kota DKI Jakarta. Akan terus
berlangsung, setidaknya hingga November menjelang ahir tahun mendatang.
Pria kelahiran 14 September 1999 tersebut berharap, program
yang dilakukan nantinya dapat mengurangi isu kesehatan mental anak SMA di DKI
Jakarta sebanyak 11,9 persen.
Ketika road show
di sekolah, tim I Am Okay melakukan serangkaian tes dengan menggunakan metode focus group discussion (FGD). Ada 80
siswa, dan terbagi menjadi 8 kelompok. Artinya, masing-masing kelompok terdiri
dari 10 orang. Dan masing-masing kelompok juga, memiliki fasilitator.
Diantara SKPD yang terlibat adalah Dinas Kesehatan (Dinkes)
yang memfasilitasi aplikasi screening
kesehatan dengan standar kesehatan dunia (WHO). Melalui screening, hasilnya dapat langsung diketahui. Melalui simbol warna,