sakit baru dicek. Hasilnya positif atau negatif (diserahkan) ke pemerintah
pusat. Tapi kita melakukan tes proaktif melalui labkesnya Jawa Barat,
berkoordinasi dengan Fakultas Kedokteran Unpad dan Pusat Penelitian Nanosains
dan Nanoteknologi ITB,” jelasnya.
“Itu sudah kita lakukan kepada
mereka-mereka yang terpantau dan mereka-mereka yang tidak bergejala juga tapi
patut diwaspadai untuk dites. Salah satunya adalah klaster para perawat tenaga
medik yang merawat pasien positif,” jelasnya.
“Kemudian juga tenaga kerja asing
(TKA) juga akan kita tes juga dan keluarga-keluarga dari pasien. Sehingga kita
doakan juga mudah-mudahan tidak ada yang positif. Tapi kalau ada yang positif,
berarti terjadi peredaran bukan hanya di orang-orang yang bergejala saja,”
imbuhnya.
Baca Juga:Pemerintah Perlu Buka Impor BerasVirus Corona Tidak Bisa Diremehkan, Nadiem Ajak Masyarakat Bekerja, Belajar, dan Beribadah dari Rumah
Untuk mencegah penularan yang
lebih luas lagi, Pemda Provinsi Jabar melakukan penelusuran. “Saya juga
mengeluarkan surat edaran peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penularan
COVID-19 kepada seluruh OPD. Penyelenggaraan yang berdampak pada pengumpulan
massa juga studi banding ke dalam maupun ke luar negeri, seminar dan kegiatan
sejenis lainnya supaya ditunda,” ucap Kang Emil.
Kang Emil juga menyampaikan
perkembangan terkini terkait Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) yang ada di Jabar. Pada Minggu (15/3) pukul 09.30, ODP di
Jabar berjumlah 706 orang, 448 orang di antaranya masih dalam tahap pemantauan
dan 258 orang telah selesai melakukan isolasi pribadi.
Sementara PDP berjumlah 82 orang,
28 orang di antaranya masih dalam proses pengawasan dan 54 orang telah
dinyatakan negatif. Hingga kini jumlah pasien positif COVID-19 di Jabar
berjumlah 7 orang. (rls)