Hanya saja penyebab sakit
itu jelas: vaping. Korbannya: para vaper. Vaping adalah generasi keempat rokok
elektronik. Yang bisa mengeluarkan asap seperti merokok beneran. Rasanya terlalu
konspirasi kalau wabah vaping dikaitkan dengan Covid-19. Entahlah kalau
Tiongkok punya data yang lebih langsung dengan kehadiran para atlet militer
itu.
Ataukah Tiongkok
mengaitkannya dengan berita di koran besar Inggris tanggal 6 Agustus 2019? Harian
Independent London –yang reputasinya tinggi–hari itu memang memberitakan
bahwa Amerika menutup laboratorium senjata biologi yang di Fort Detrick,
Maryland. Lab itu juga berfungsi sebagai lembaga riset virus-virus mematikan.
Penutupan dilakukan karena
sejak terjadi banjir dua tahun lalu standar keamanan di lab tersebut tidak
memenuhi syarat. Tapi, ditegaskan, tidak sampai terjadi kecelakaan apa pun. Tiongkok
sendiri pernah mengirim ahli-ahli senjata biologinya Fort Detrick itu. Zaman
itu dua negara bekerjasama di bidang senjata bio. Mereka saling mengirim tenaga
militer bidang itu.
Baca Juga:Bobol Rumah Tetangga SendiriPolisi Antisipasi Penyebaran Virus Corona
Kini hubungan
Amerika-Tiongkok tegang lagi –di arena yang baru. Di mana-mana memang terjadi
perbedaan pendapat. Baik antarnegara maupun di dalam negara itu sendiri. Di
semua negara. Ada kelompok yang menggalang persatuan untuk melawan Covid-19.
Tanpa perlu mempersoalkan siapa yang salah.
Di Tiongkok sampai
diciptakan banyak lagu solidaritas. Agar rakyat bersatu melawan virus. Termasuk
dengan disiplin menjaga jarak: baik di restoran maupun saat antre kendaraan. Di
Italia banyak juga yang mengharukan: para penghuni apartemen berdiri di balkon
di luar kamar masing-masing. Sambil memandang ke bawah–ke jalan yang begitu
sunyi. Lalu secara serentak mereka menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat.
Tapi ada juga yang sibuk
menuding-nuding. Kadang ke satu arah. Kadang ke banyak arah. Ada kalanya
bencana memang justru bisa mendamaikan dunia. Itu yang masih kita tunggu. (dahlan iskan)