KUNINGAN– Wabah virus corona yang semakin merebak di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi memaksa para perantau asal Kuningan memilih pulang kampung. Seperti terpantau di pos check point Sampora sejak Sabtu malam (28/3) hingga Senin dini hari (30/3), banyak perantau masuk Kabupaten Kuningan dengan menggunakan berbagai kendaraan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Agus Mauludin menyebutkan angka perantau yang masuk Kuningan sejak Sabtu pagi (28/3) hingga Senin dini hari (29/3) mencapai 20 ribu orang.
Untuk penanganannya, seluruh perantau tersebut diwajibkan menjalani pemeriksaan cek suhu tubuh dan disemprot cairan disinfektan di tempat yang sudah disediakan. Ia mengakui terjadi lonjakan perantau yang masuk Kuningan. Mereka perantau dari kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, hingga dari wilayah Banten.
“Dipastikan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Alhamdulillah sekarang kita dapat tenaga bantuan dari relawan Forum Komunikasi Penggiat Alam Kuningan (FKPAK) untuk pendataan, termasuk bantuan alat bilik disinfektan untuk sterilisasi perantau yang pulang ke Kuningan,” ungkap Agus.
Pantauan Radar, para perantau itu datang dengan menumpang kendaraan bus, travel, dan mobil pribadi. Bahkan ada pula yang mengendarai motor. Ini terlihat dari pelat nomor kendaraan yang masuk Kuningan sebagian besar berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Bandung, hingga Banten.
Petugas check point yang siaga langsung mengarahkan kendaraan pengangkut perantau tersebut ke Bunderan Ikan Sampora. Di situ, seluruh penumpang termasuk sopir dan kondektur harus turun untuk menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan disemprot cairan disinfektan. Kendaraan yang mereka tumpangi ikut disemprot disinfektan.
“Saya memilih pulang kampung karena takut corona. Usaha saya jualan di Jakarta pun sudah tutup. Kalaupun buka, sudah tidak ada yang beli karena orang-orang tidak mau keluar rumah. Tidak ada penghasilan, jadi saya bersama keluarga memilih pulang saja ke Kuningan. Minimal di sini kami bisa bertani untuk beli makan tidak susah seperti di Jakarta,” ungkap Sani, salah satu perantau asal Desa Kadatuan, Kecamatan Garawangi, saat dijumpai Radar.