Ide itu mengingatkan saya ketika ke pusat Budha Tzu Chi di Hualien, pantai timur Taiwan. Semua orang juga harus melepas sepatu. Tapi takmirnya menyediakan kantong kain. “Kami juga akan sediakan. Siapa tahu ada jamaah yang lupa membawanya,” ujar Helmy.
Masjid Agung Surabaya memang besar sekali. Sangat memungkinkan untuk pengaturan seperti itu. Cara itu akan sulit dilakukan di masjid kecil –yang ketika tanpa jaga jarak pun sudah penuh. Masjid besar Al Falah pun akan kesulitan mengatur seperti itu –dan memilih tidak mengadakan salat Jumat. Apalagi karpet tebal di Al Falah itu tidak bisa dibuka. Menyatu dengan lantai.
Di Al Falah Jalan Raya Darmo Surabaya itu tanpa jaga jarak pun sudah membeludak. Entahlah kalau salat Jumatnya pakai sistem kuota. Tapi sulit juga membagi kuotanya: hanya yang tua? Hanya yang muda? Ganjil genap –berdasar tahun kelahiran? Kok jadinya repot ya? Keseluruhan hidup itu memang repot. Karena itu diperlukan keberanian untuk hidup. (dahlan iskan)