Tirulah Kalensari; Isolasi Perantau, Makan dan Minumnya Dijamin

desa-kalensari-lockdown
Warga memasang portal di akses masuk Desa Kalensari, Kabupaten Indramayu. Foto: Anang Syahroni/Radar Indramayu
0 Komentar

“Namun mereka (warga yang baru tiba dari kota lain, red) langsung diarahkan untuk mencuci tangan kemudian disemprot seluruh badannya menggunakan antiseptik dan pemeriksaan lainnya. Begitu juga kendaraannya, disemprot dengan menggunakan cairan disinfektan,” katanya, Senin (30/3).
Dijelaskan, kebijakan itu diambil sesuai musyawarah antara perwakilan masyarakat, BPD dan pemerintahan desa yang dikonsultasikan dengan kepolisian maupun TNI. Untuk proses penyemprotan dan pemeriksaan selain melibatkan perangkat desa, juga melibatkan masyarakat, termasuk para pemuda.
“Kebijakan ini diambil untuk meminimalisir dan memutus mata rantai penyebaran corona ke Desa Lengkong Kulon. Kami meminta maaf kepada warga masyarakat jika ada yang merasa terganggu dengan kebijakan ini. Namun semua langkah yang diambil demi kebaikan dan kesehatan bersama,” bebernya.
Hal senada diungkapkan Samsudin, salah seorang perangkat desa setempat. Pihaknya sengaja membuka Posko Covid-19 selama 24 jam dalam kurun waktu tiga hari yang dipusatkan di halaman kantor desa. Semua pendatang sebelum datang ke rumah wajib melapor ke posko dan kemudian diberikan disinfektan serta hand sanitizer.
“Setiap malam secara bergantian ada petugas maupun relawan yang berjaga. Karena berbagai kemungkinan ada yang akan masuk ke desa kami sekitar dini hari. Ini kami lakukan demi kebaikan bersama-sama. Sama-sama mencegah corona,” tandasnya.
Terpisah, di RW 05 Semeru Asih, Kelurahan Kecapi, Kota Cirebon, salah satu akses jalan ditutup mulai kemarin. Warga pun menutup plang ke arah Jl Gunung Semeru 1 dari arah Jl Gunung Kelud. Sementara dari arah Jl Ciremai Raya, warga tetap membuka plang. Tapi terdapat peringatan adanya penutupan jalan.
Ketua RW 05 Semeru Asih Agus Purwanto mengatakan penutupan jalan hanya di jalan yang menghububungkan kompleks Gunung Guntur dan Gunung Kelud. Menurut Agus, penutupan dilakukan berdasarkan masukan dari para pemuda dan tokoh masyarakat setempat. “Kalau dengan ketua RT belum dirapatkan. Tapi ini masukan dari tokoh masyarakat di sini,” kata Agus kepada Radar, Senin (30/3).
Agus menegaskan, penutupan wilayah tidak dilakukan sepenuhnya. Pasalnya warga masih bisa keluar masuk kompleks. Yang tak boleh adalah melakukan aktivitas yang mengumpulkan banyak orang. “Lockdown di sini hanya pembatasan. Soalnya di sini banyak warga dari luar yang berkerumun dan kumpul-kumpul. Pemerintah sendiri kan sudah melarang warga untuk berkerumun. Selain kita juga khawatir penularan virus corona,” ungkap Agus.

0 Komentar