KUNINGAN– Dua perantau atau pemudik yang kembali ke Kuningan dinyatakan positif virus corona atau Covid-19.
Keduanya merupakan perantau yang pulang dari Jakarta dan Bekasi. Terkait kejadian ini, para perantau yang kini telah tiba di Kuningan diminta tetap tinggal di rumah atau melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kuningan sekaligus Tim Crisis Center Penanggulangan Covid-19 Kuningan dr H Asep Hermana SpB FINACs. Asep khawatir dengan kondisi ini. Pihaknya tak bisa menjamin kalau para pemudik yang baru datang ke Kuningan bisa berdiam diri di dalam rumah selama 14 hari.
“Kalau kita perhatikan para pemudik itu memang tidak bisa tinggal di rumah dan di antara mereka ada kemungkinan yang terpapar. Sudah terbukti yang dua positif (corona) yang ada di kita itu kan terpapar dari Jakarta sama Bekasi,” kata Asep kepada Radar Kuningan, kemarin.
Dijelaskan, andaikata ada perantau mempunyai virus di dalam tubuh atau disebut sebagai carrier (orang yang membawa virus) lalu bebas berkeliaran, dikhawatirkan banyak yang terpapar. “Kalau kita hitung misalnya yang mudik antara 10.000 sampai 20.000 orang. Kemudian yang patuh misalnya hanya 5.000 orang, berarti yang 15.000 itu jalan-jalan. Andaikata 10% saja ada yang positif, berarti sudah 1.500 yang kemungkinan carrier. Sehingga tanpa disadari mereka menyebarkan virus ini,” bebernya mencontohkan.
Dokter yang juga giat berdakwah di masyarakat ini mengungkapkan rasa syukurnya karena tim medis di Kuningan dengan berbagai macam usahanya mencegah Covid-19. “Tapi saya khawatir justru adalah bagaimana masyarakat bisa disiplin. Ini tak bermaksud menyalahkan masyarakat. Tetapi kalau saja ini tidak diingatkan, ini bisa jadi permasalahan serius. Kalau tidak dilakukan karantina di rumah selama 14 hari dari mulai tanggal 29 kemarin atau tanggal 30 kemarin, ada kemungkinan akan terjadi 14 hari kemudian lonjakan kasus. Ini yang kita khawatirkan,” papar Asep.
Jadi, lanjutnya, saat ini bagaimana caranya semua bisa turut aktif untuk menjadikan masyarakat berdisiplin dan menyadari hal itu. Ini diharapkannya bisa dilakukan melalui peran dan tugas masing-masing. “Nah, di sini saya pikir peran media sangat besar. Bagaimana supaya mereka (pemudik, red) diam dulu di rumah. Bila perlu mungkin mereka dicirian mana anu kamari ti Jakarta, mana anu kamari ti zona merah. Idealnya begitu. Atau mungkin sama sekali tidak boleh keluar, dikarantina wilayah tea,” tegasnya.