Salah satu pedagang, Iman mengatakan, pengelola pasar sudah mewanti-wanti agar semua aktivitas jual beli selesai sebelum pukul 12.00. Ada atau tidak edaran dari walikota, Pasar Kramat biasanya memang sudah tutup sebelum dzuhur.
Pasar ini hanya ramai di pagi hari. Tetapi belakangan pembeli terus berkurang. Sehingga rata-rata pedagang mengalami penurunan omzet hingga 30 persen. “Yang belanja sedikit. Ini stok barang juga terbatas,” kata Iman.
Tidak hanya itu, supplier belakangan tidak mau menerima pembayaran sistem tempo. Mereka meminta pembayaran di depan. Bahkan untuk toko kelontong, supplier memberlakukan sistem pre order. “Sekarang nggak mau ngutangin dulu. Sudah lagi gini, susah buat modal,” tuturnya.
Hal lain juga terjadi pada komoditi sayur dan daging. Pedagang tidak berani menyediakan stok dalam jumlah banyak, karena khawatir tidak laku. Apalagi untuk daging, ikan dan sayuran yang tidak tahan lama.
Kepala Pasar Kramat, Adang Sudrajat menambahkan, surat edaran walikota langsung diberlakukan. Pukuk 03.45 gerbang mulai dibuka. Para pedagang baru bisa masuk dan menyiapkan barang-barang dagangannya, dan baru bisa melayani pembeli tepat pukul 04.00.
Sedangkan, untuk siang hari, para petugas sudah mengingatkan sejak jam 11.30 kepada para pedagang dan pengunjung/pembeli untuk bersiap tutup 30 menit lagi. Para pedagang dan pembeli keluar satu pintu di depan. (awr/azs)