Bahagia sekali rasanya ketika anak-anak dan istri saya datang. Ingin rasanya untuk langsung memeluk mereka. Apadaya saya masih diperintahkan dokter untuk tetap isolasi diri untuk 2 minggu ke depan, jaga-jaga untuk tidak menularkan atau ketularan lagi virus ini.
Virus ini virus baru. Jadi untuk sekarang tidak ada seorang dokter pun yg tahu pasti bagaimana karakter virus ini. Dan menurut dokter, walaupun imun tubuh saya sudah mengenali virus ini, seperti virus flu, tubuh masih bisa saja kalah oleh virus nya dan virus bisa menginfeksi lagi. Disitulah daya tahan tubuh sangat berperan. Apalagi saya yang baru saja pulih dan hasil swab ketiga pun belum keluar. Saya juga diberitahu dokter kalau saya mendapat oleh-oleh dari virus ini berupa bercak bekas infeksi di paru-paru saya yang tidak akan hilang.
Setelah semua perjalanan ini, saya sangat menyadari betapa pentingnya menjaga imun terutama pada masa pandemi seperti sekarang ini. Alhamdulillah anak-anak dan istri saya saat itu imunnya sedang bagus sehingga tidak tertular walaupun kemungkinan besar sudah terpapar oleh saya. Alhamdulillah dirumah tidak ada orang tua yang tinggal dengan kami yang akan membuat saya sangat merasa bersalah jika beliau tertular oleh saya.
Corona ini tidak remeh, dan penularannya sangat gampang. Bahkan untuk orang seumuran saya saja dan tidak memiliki penyakit bawaan, dia tetap nyaris merenggut hidup saya. Saya benar-benar sangat bersyukur mendapatkan dukungan dan pertolongan dari segala penjuru saat itu melalui tangan-tangan keluarga, kerabat, teman, dan kolega-koleganya.
Entah bagaimana cara saya membalas semua itu, semoga Allah membalas kebaikan mereka berlipat ganda. Saya benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi saya sekarang jika saat-saat kritis itu saya tidak mendapatkan perawatan. Karena ketika saya lihat foto rontgen paru-paru saya saat kritis itu, ternyata virus sudah menginfeksi 2/3 nya hanya dalam beberapa hari.
Kondisi paru saya persis sama dengan kebanyakan pasien PDP covid-19 yang akhirnya meninggal karena terlambat diberikan perawatan. Kita benar-benar kejar-kejaran waktu dengan si virus. Saya jadi berfikir gimana kalo orang yang tidak memiliki biaya, kenalan dokter dan akses kekuasaan terkena virus ini. Sementara saya saja yang alhamdulillah dibantu untuk semua itu, sangat banyak rintangannya walau hanya untuk sekedar tes.