Perjalanan Menjadi Pasien Covid-19 di Awal Pandemi

alat-tes-corona-buatan-china
Ilustrasi alat tes deteksi virus corona, tes covid-19, tes corona(Shutterstock)
0 Komentar

Tapi saya percaya Allah itu maha adil. Dia tidak akan memberikan cobaan kepada mahkluknya, melebihi kemampuannya. Dan satu hal lagi yg sangat penting bagi penderita covid. Bagaimana dia bisa membuat dirinya untuk tidak stress dan tidak banyak fikiran agar imun tubuhnya makin bagus.
Di RS tantangan terbesarnya adalah karena kita benar-benar harus sendirian. Semenjak saya ke RS pertama kali untuk konsul ke internist hingga pulang dari RS, saya benar-benar sendiri, tidak boleh ada yang mengunjungi. Untungnya masih ada HP dan bisa video call dengan keluarga. Di sisi lain, tantangan besar datang dari luar, dengan masih banyaknya masyarakat kita yang tidak teredukasi bagus terkait covid ini, mereka malah membuat si pasien dan keluarganya makin stress dengan sikap menjauhi dan mengucilkan orangnya, bukan penyakitnya. Padahal mungkin dengan saling menguatkan, akan sangat besar pengaruhnya untuk kesembuhan si pasien.
Tidak hentinya saya bersyukur karena saya masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalani hidup. Semoga ini bisa jadi pelajaran berharga buat saya untuk dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya dalam Habluminannas dan Habluminallah. Orang bilang life begin at 40, tapi bagi saya life begin at 38. (Rudy Kurniawan)

Tulisan ini dibuat hanya untuk berbagi pengalaman, tidak ada niat untuk menyudutkan pihak manapun. Untuk yang masih sehat ayo jaga kesehatan, jaga imunitas, stay at home, dan jaga physical distancing jika harus keluar.
Apalagi sekarang ini angka positif covid-19 sudah diatas 3000-an orang dan bisa jadi jumlah PDP sudah berkali-kali lipat diatas angka tersebut. Walaupun segala pengaturan dan upaya telah dilakukan pemerintah untuk penanganan yang lebih baik saat ini, akan tetapi ruang perawatan, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang kita miliki jumlahnya terbatas.
So please.. Let’s do it. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga demi keluarga, tetangga, teman, masyarakat dan tentunya demi tenaga medis yang sudah berjibaku dalam melawan pandemi itu. Bersama, kita pasti bisa.

0 Komentar