Saya menyampaikan semua gejala yang dirasakan, dan dokter berkesimpulan saya hanya radang tenggorokan sementara gelaja lainnya itu muncul dipicu oleh radang tersebut. Namun karna belakang mata terasa sakit, dokter meminta saya untuk tes darah. Hasilnya negatif typhoid dan dengue. Sehingga hanya diresepkan obat demam dan obat radang seperti yang diresepkan adik saya sebelumnya, ditambah antibiotik untuk 5 hari. Saya juga diminta istirahat tidak usah masuk kantor dulu selama 3 hari.
Kamis, 12 Maret 2020
Tiga hari berlalu tapi gejala yang saya rasakan tidak banyak berubah. Selama masa istirahat tersebut saya dan istri mulai googling tentang gejala covid-19. Bukan. Saya tidak batuk apalagi sesak. Sepertinya ini beneran cuma radang doang. Sehingga selasa saya sempat ke kantor sebentar beresin kerjaan dan rabunya juga sempat berangkat meeting external menggunakan KRL. Tentunya saya selalu menggunakan masker sepanjang perjalanan dan meeting sesuai anjuran pemerintah karena saya sedang sakit.
Namun malamnya saya mendapat kabar bahwa atasan saya juga mengalami gejala yang sama dengan saya ditambah batuk dan sedikit sesak. Beliau mendatangi RS swasta yang sama dan sempat diisolasikan di IGD covid-19 disana. Akan tetapi dokter juga mendiagnosa radang tenggorokan dan mempersilakan beliau pulang. Selanjutnya beliau menutuskan mengisolasikan diri dari keluarga karena curiga covid dan akan berangkat pulang ke negaranya besok malamnya. Sehubungan dengan itu teman-teman kantor meminta saya tidak usah masuk kantor dulu sampai benar-benar sembuh.
Sabtu, 14 Maret 2020
Sejak mendapat kabar dari atasan tempo hari, saya dan istri sedikit waswas. Apalagi sorenya saya mulai batuk dan susah makan. Kami memutuskan untuk segera melakukan tes covid-19 agar jelas penanganannya dan tidak menyebar ke orang lain jika benar ini covid.
Awalnya istri saya mengatakan, sesuai arahan gubernur, jika mengalami gejala covid tidak perlu datang ke RS. Namun dapat menghubungi hotline Pemda DKI lalu petugas akan mendatangi rumah untuk melakukan tes swab.
Maksudnya agar meminimalisasi risiko menularkan ke orang lain jika kita datang ke RS. Awalnya saya menolak karena khawatir hal tersebut akan membuat heboh satu komplek dan ujungnya membuat keluarga kami dijauhi dan dikucilkan, karena masyarakat belakangan ini terutama Jakarta sudah makin parno seiring bertambahnya jumlah pasien covid-19 di Indonesia.