Tapi setelah banyak pertimbangan, saya coba juga hubungi satgas covid DKI. Telfon saya tidak pernah nyambung, dan WA yang saya kirim tidak dibalas. Akhirnya saya putuskan besok akan datang sendirian ke RS rujukan untuk minta di tes covid-19.
Minggu, 15 Maret 2020
Saya ke RS rujukan terdekat dari rumah yaitu RSUD Pasar Minggu. Saat itu demam saya sudah di 38. Saat screening di lobby, saya langsung dilarang masuk dan diarahkan ke IGD. Di sana saya harus antre mendaftar dan antreannya sangat panjang.
Selain karena sudah mulai lemas dan juga takut resiko saling menularkan jika antri dengan orang sebanyak itu, saya memutuskan menuju RS rujukan terdekat lainnya yaitu RSUP Fatmawati. Info dari adik saya, di sana terdapat poli non BPJS sehingga harapannya disana tidak akan antri panjang seperti di RSUD Pasar Minggu. Di Fatmawati saya juga langsung diarahkan ke IGD. Memang tidak ada antrean,namun saya ditolak oleh petugas rawat dengan alasan mereka tidak dapat melakukan tes covid.
Saya diminta melapor ke puskesmas terdekat untuk diperiksa, dan jika menurut pihak puskesmas saya memang memiliki gejala covid-19 dan layak di tes, nanti akan di jadwalkan oleh Dinkes DKI untuk dilakukan tes.
Pada saat yang bersamaan ada WA masuk dari Satgas Covid-19. Senada dengan petugas di Fatmawati, saya juga diminta memeriksakan diri ke puskesmas terlebih dahulu. Apa? Harus mulai dari puskesmas? Kalau benar covid-19, entah berapa banyak orang yang berpotensi saya tulari. Sampai di sini saya menyerah untuk ke RS Rujukan. Saat itu dada saya sudah mulai terasa sedikit sakit. Saya fikir mungkin efek mag saya yang kambuh karena sudah mulai susah makan.
Saya menghubungi kembali adik saya untuk mendapatkan advice terkait tes covid-19. Dia seorang dokter spesialis yang praktek di beberapa RS swasta di Jadetabek, namun bukan spesialis paru. Dia mendapat informasi bahwa lab mikrobiologi FKUI menerima pemeriksaan covid-19 untuk umum kecuali ODP dan PDP, namun harus bayar mandiri.