Hari itu siangnya saya kembali di tes swab. Kali ini oleh pihak lab RS. Namun hasil swab saya 3 hari lalu masih belum ada. Saat itu, satu hal yang membuat saya terus berjuang walau rasanya kadang sudah hampir menyerah saking susahnya bernafas.
Teringat kata istri untuk terus berjuang karena betapa pedihnya jika kehilangan seseorang karena covid-19. Jangankan menemani saat-saat terakhir, bahkan untuk melihat yang terakhir kalinya saja keluarga tidak boleh. Keluarga hanya diperbolehkan menziarahi makam yang sudah tertutup sempurna sedangkan semua proses lainnya dilakukan oleh pihak rumah sakit dan pemprov tanpa mengikutsertakan keluarga karena akan diperlakukan sebagai jasad infeksius.
Pernyataan itu yang harus ditandatangani keluarga saat RS menerima saya sebagai pasien suspect covid. Saya ga kebayang betapa pedihnya. Bukan saya saja yang tidak akan pernah melihat mereka, merekapun juga tidak akan pernah lagi melihat saya jika hal buruk tersebut terjadi. Terbayang langsung wajah anak-anak, istri, orang tua, dan saudara-saudara saya. Saya benar-benar harus berjuang sembuh.
Sabtu, 21 Maret 2020
Demam masih mancapai 40, namun sesak sudah mulai berkurang karena selalu dibantu oksigen. Menjelang siang demam sudah mulai turun ke 38 dan kondisi saya mulai stabil. AC kamar sudah mulai dinyalakan dan saya sudah mulai bisa makan. Namun batuk masih sering dan diiringi sesak setiap batuknya. Saya diminta tidak stres dan tidak banyak fikiran untuk mempercepat proses penyembuhan.
Senin, 23 Maret 2020
Saya di-rontgen kembali. Dari hasilnya, menurut dokter kondisi paru-paru saya memburuk dibanding rontgen kamis lalu saat baru sampai di sini. Sehingga dokter menambah antibiotik dan vitamin. Saya dijadwalkan untuk rontgen kembali Kamis, dan harapannya hasilnya bisa membaik.
Selasa, 25 Maret 2020
Saya kembali di tes swab. Tapi kali ini lewat tenggorokan, bukan lewat hidung lagi. Ini adalah tes saya yang ketiga. Namun sampai hari ini hasil tes pertama dan kedua saya masih belum keluar. Keluarga saya bahkan sudah berusaha mencari info ke kenalan di Dinkes DKI dan Litbangkes namun tetap belum ada. Menurut mereka, antrian pemeriksaan di Litbangkes sangat panjang karena seluruh pemeriksaan swab dari seluruh indonesia dikirim dan terpusat di sana.