JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 mengalami surplus 743,4 juta dolar AS dengan nilai ekspor 14,09 miliar dolar AS dan impor 13,35 miliar dolar AS.
Mungkin saja angka ini yang menjadi catatan utama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang hingga kini enggan melakukan revisi target realisasi investasi tahun 2020 meski dihadang pandemi Covid-19.
Dalam jumpa pers melalui konferensi video di Jakarta, Luhut mengakui laju investasi pastinya terganggu dengan adanya pandemi tersebut.
Bayang-banyang buruknya kondisi dunia yang ada, menjadi pertarungan penting untuk segera menyelesaikan wabah yang telah merambah ke 207 negara.
”Bisa jadi tiga sampai empat bulan ke depan, atau hitunglah Mei atau Juni, hampir tidak ada pergerakan. Tapi bukan mereka tidak investasi, hanya pekerjaannya jadi tertunda,” terangnya, kemarin.
Ia mencontohkan sejumlah proyek di Morowali untuk persiapan baterai litium yang terpaksa harus tertunda beberapa waktu. Luhut pun belum bisa memastikan berapa lama penundaan tersebut. Ia berharap keadaan segera membaik dari mewabahnya corona agar investasi bisa kembali berlanjut. ”Karena investor juga tidak ada yang menyatakan mundur dari Indonesia,” katanya.
Demikian pula investasi Tiongkok yang disebutnya mengalami penjadwalan ulang karena imbas Covid-19. Namun, kabar baiknya, belum ada satu proyek pun yang ditarik mundur dari dalam negeri. ”Lho sampai sekarang, malah masih ada yang menanyakan kami dalam keadaan seperti ini. Misalnya, Andrew Forrest 10 hari lalu masih telepon dari Australia, dia tanya mau lanjutkan proyek hydropower di Kayan, Kalimantan Utara,” paparnya.
Ditambahkan Luhut, pemerintah pun membidik investasi dari Jepang lantaran negeri sakura itu ingin merelokasi bisnis mereka dari Cina. Ia berharap aturan mengenai Omnibus Law bisa membantu membuat investasi di Tanah Air lebih atraktif bagi mereka.
”Kita malah lihat Jepang yang mau relokasi industri dari Tiongkok, kita juga berharap mereka mau masuk Indonesia. Apalagi dengan Omnibus Law ini saya kira bantu (kita) lebih atraktif tarik (investasi) dari negara lain,” jelasnya.
Luhut juga menyinggung soal gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di dunia. ”Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengatakan global itu PHK sudah terjadi. Di Amerika itu satu hari tuh 10 juta file mereka (pekerja) untuk dapat bantuan pemerintah,” ungkapnya.
Di Tengah Wabah Covid-19, Luhut Enggan Koreksi Target Investasi
