PERNYATAAN He R, dkk (2020) dalam jurnal Journal of Clinical Virology yang dipublikasikan pada tanggal 12 April 2020 menyebutkan bahwa dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap 204 pasien yang positif terinfeksi virus SARS-CoV-2, ditemukan 69 pasien yang dalam kondisi yang berat (parah), serta 135 pasien dengan symptom ringan. Dari penelitian yang diberi judul The Clinical Course and Its Correlated Immune Status In Covid-19 Pneumonia, itu menemukan hal-hal yang menarik, sebagai berikut :
- Status imun seseorang sangat berpengaruh terhadap dampak/gejala serta keparahan yang ditimbulkan akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2
- Penurunan kadar T-lymphocyte sangat berkorelasi terhadap lamanya masa pengobatan pasien Covid-19
- Kadar dapat digunakan sebagai indikasi untuk memperkirakan tingkat keparahan dan prognosis pasien akibat infeksi dari virus SARS-CoV-2
- Peningkatan kadar T-lymphocyte mungkin merupakan terapi potensial strategi untuk pasien parah dengan pneumonia Covid-19
Sebuah penelitian di Australia dalam jurnal Nature Medicine menyimpulkan, sistem imun yang sehat sangat mungkin untuk mengalahkan SARS-CoV-2. Dalam riset ini, peneliti melakukan analisis terhadap sampel darah seorang pasien wanita berumur 47 tahun yang positif Covid-19 dengan gejala sedang-ringan, yang memiliki riwayat perjalanan dari Wuhan ke Melbourne. Peneliti tersebut menemukan bahwa selama hari 7-9 di mana sang pasien telah menunjukkan gejala, ada peningkatan imunoglobulin G (IgG) dari sistem imun, yang melawan virus corona. Ada pula peningkatan pada imunoglobulin M (IgM) dari pasien. Peningkatan imunoglobulin pasien tersebut terus terjadi selama hingga 20 hari setelah gejala terjadi. Tak sampai di situ, dalam sampel darah hari ke-7 dan 9 tersebut juga terdapat sel imun yang aktif, seperti sel T helper, sel T killer, dan sel B. Sang pasien kemudian diizinkan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah pada hari ke-11. Gejala yang ia tunjukkan pun hilang pada hari ke-13 dan tetap sehat pada hari ke-20, selama masa pengawasan dan penelitian.
Sementara itu, The Conversation dalam tulisannya pada tanggal 19 Maret 2020 menyebutkan bahwa kadar B-Cell dan T-Cell sangat berpengaruh terhadap jumlah kematian yang didominasi oleh pasien yang berusia 60 tahun lebih. Ketika seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2, terjadi “perlombaan” penyebaran patogen tersebut dengan seberapa cepat respons imun orang tersebut bereaksi tanpa menyebabkan terlalu banyak kerusakan kolateral. Seiring bertambahnya usia, respons imun bawaan (innate immune) dan imun adaptif (adaptive immune) seseorang berubah. Inilah yang pada akhirnya menentukan tingkat keparahan seseorang yang terkena infeksi Covid-19 ini. Pada saat pandemi yang demikian cepat menyebar sekarang ini, serta belum adanya vaksin maupun obat yang benar-benar bisa diandalkan untuk mengatasi Covid-19, maka satu-satunya pertahanan tubuh dalam menghadapi keganasan virus adalah seberapa tinggi tingkat imun seseorang. Semakin tinggi tingkat imun, maka tingkat keparahan sebagai dampak dari infeksi virus corona ini semakin rendah. Sebaliknya, semakin menurun tingkat imun seseorang, maka tingkat keparahannya pun semakin meningkat bahkan bisa berakibat fatal (kematian),