RATUSAN tenaga kesehatan (nakes) Rumah Sakit Daerah Gunung Jati (RSDGJ) sempat melakukan kontak dengan 4 orang positif corona sesuai hasil PCR dari Laboratorium Dinkes Jabar. Untuk itu, beberapa di antaranya meski menjalani isolasi atau karantina. Akibatnya jumlah nakes RSDGJ menjadi berkurang.
Kasubag Humas RSDGJ Arif Wibawa Rumana mengatakan berkurangnya jumlah nakes sebanding dengan jumlah kunjungan pasien akhir-akhir ini. Meski demikian Arif tak bisa memastikan alasan berkuangnya jumlah kunjungan pasien. “Barangkali masyarakat khawatir kalau ke RS Gunung Jati,” kata Arif saat dikonfrimasi Radar, kemarin (24/4).
Khawatir yang dimaksud, karena RSDGJ sendiri adalah rumah sakit rujukan Covid-19 yang beberapa kali menangani pasien positif Covid-19. Namun, pihak RS telah melakukan sterilisasi dengan melakukan disinfeksi. Banyaknya tenaga medis yang melakukan kontak, kata Arif, mereka otomatis akan dilakukan skrining secara bergilir dan bertahap.
Kemudian penanganan kepada nakes tersebut, imbuhnya, diputuskan setelah skrining. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan CT-Scan Thorax dan Laboratorium. Yakni pemeriksaan pada paru-paru dan melihat kondisi klinis.
“Kalau hasil skrining tidak ada gejala, masih ditugaskan untuk pelayanan. Dengan catatan, memakai APD. Kalau masalah pelayanan, mungkin berkurangnya tenaga medis, linier dengan berkurangnya kunjungan pasien,” ucapnya.
Di antara banyaknya nakes, imbuh Arif, ada yang bergejala dan tidak. Yang bergejala, sudah pasti dilakukan karantina. Tempat karantina untuk nakes RSDGJ, berbeda dengan pasien Covid-19 lain atau khusus.
Sebelumnya, hasil tracing atau penelusuran terhadap tenaga medis dan pegawai di RSDGJ terus bertambah. Jika sebelumnya 61 orang, lalu menjadi 177, kemudian bertambah lagi hingga menjadi sekitar 300 orang. Mereka ini yang sempat berkontak langsung dengan empat orang yang positif corona sesuai hasil PCR dari Laboratorium Dinkes Jabar. Satu di antara 4 orang itu adalah perawat RSDGJ sendiri.
“Karena ada yang dinyatakan positif, maka dilakukan tracing kontak. Jumlah awal diidentifikasi 170-an. Lalu dikembangkan lagi. Karena misalnya si A yang positif pernah kontak dengan B, yang pernah kontak dengan B juga dilakukan tracing. Jadi pengembangan diperluas. Terakhir, identifikasi kurang lebih sekitar 300-an,” kata Humas RSDGJ Arif Wibawa Rumana saat dikonfirmasi Radar, Kamis (23/4).