JAKARTA – Cover koran asal Amerika Serikat the New York Times kemarin menuliskan sebagian nama- nama korban meninggal Covid-19 penuh satu halaman depan.
Korban meninggal akibat corona Covid-19 di AS kini hampir mencapai 100.000 jiwa.
Di judul halaman depan The New York Times menulis tragedi itu sebagai “Kehilangan yang Tak Terhitung Jumlahnya”.
Baca Juga:Penjelajah Waktu Ramalkan Virus Corona Berakhir November 2020Adaptasi Umat Muslim di Amerika Serikat Merayakan Idul Fitri di Tengah Pandemi
Nama-nama korban meninggal yang dicetak itu hampir mencapai 1.000, berisi juga keterangan usia, dan informasi singkat tentang masing-masing korban.
Daftar nama yang tercetak di halaman depan the Times itu hanya sekitar satu persen dari keseluruhan korban meninggal karena Covid-19 di AS.
Beberapa nama tertulis seperti Landon Spradlin, 66, “penceramah dan pemain gitar musik blues”, Sandra Santos-Vizcaino, 54 tahun, “guru sekolah yang dicintai.”
Simone Landon, asisten editor the New York Times di desk Grafis mengatakan, dia ingin mengenang korban meninggal yang kini hampir berjumlah 100.000 orang dan memberi penghormatan atas kematian mereka.
Untuk membuat daftar nama itu, the Times mengumpulkan hampir 1.000 nama korban dan sejumlah editor serta tiga jurnalis pascasarjana membacakan obituari untuk menggambarkan kepribadian korban. The Times juga menerbitkan versi koran digital yang memuat daftar nama itu.
Reporter the Washington Post Lena Sun, yang membaca ada nama ibunya, yu Lihua, di antara nama para korban itu memuji the Times atas cara mereka mengenang mereka yang meninggal di balik jumlah angka yang tertera.
Pengguna Twitter, Walter Dellinger, menyebut daftar nama itu semacam “Monumen Peringatan Vietnamnya Virus Corona di Amerika, 2020.”
Baca Juga:Ada Aturan Jaga Jarak, Gereja di Jerman Beri Izin Dipakai Warga Muslim BeribadahReal Betis vs Sevilla, La Liga Dimulai Kembali 11 Juni
Dahlan Iskan dalam tulisannya di Disway menyebut NYT menyampaikan kritik dalam bentuk lain. Saat mereka beranggapan kritik dalam bentuk berita sudah tidak mempan. Judul-judul besar seperti tidak berarti. Pun foto-foto dramatik.
“Melihat halaman depan seperti itu, saya pun, bisa merasakan sensasinya. Lihatlah foto halaman depan itu –yang saya sertakan di sini,” tulisnya.
The New York Times, kata Dahlan, memadukan antara jurnalistik, kontrol sosial, protes, dan marah dengan bungkus artistik.