KUNINGAN – Pemandangan menarik terjadi di Pasar Cilimus. Saat rapid test masal akan dimulai, banyak pedagang di lantai atas memilih buru-buru menutup toko, Kamis (4/6). Mereka ketakutan, karena membayangkan alat rapid test yang menegangkan. Mereka juga takut jika ada hasil positif, bisa membuat Pasar Cilimus ditutup total.
“Betul banyak toko di lantai atas tutup itu. Padahal rapid test ini mendadak. Kita hanya sosialisasi ke pengelola pasar. Tapi pedagang di lantai bawah, hampir semua buka,” ungkap Kepala Desa Cilimus H Mulyadin diamini Sekmat Cilimus H Maryanto kepada Radar, kemarin.
Ia menganggap wajar perilaku pedagang seperti itu. Mereka khawatir, sekaligus ketakutan. Yang Ia dengar, mereka membayangkan alat rapid test banyak selangnya dimasukan ke mulut dan hidung. Kemudian bila hasil rapid test ada yang positif, khawatir Pasar Cilimus ditutup. Sehingga tidak lagi bisa mencari nafkah.
Selain toko tutup, di awal rapid test hendak dimulai, mengondisikan pedagang juga cukup sulit. Tidak sedikit pedagang atau warga pasar lainnya menolak dengan berbagai alasan. Seperti mau belanja dulu, memilih menghindar, hingga alasan tidak membawa kartu tanda penduduk.
“Tapi setelah dibujuk dan diberikan pemahaman bersama kepada para pedagang saat itu juga, mereka mengerti. Banyak pedagang akhirnya mau di-rapid test,” tutur dia
Kepala Dinas Kesehatan Kuningan dr Susi Lusiyanti mengatakan, saat ini rapid test masal digelar di tiga pasar tradisional sebagai pusat keramaian. Yaitu Pasar Ciputat, Pasar Kramatmulya dan Pasar Cilimus. “Di Pasar Cilimus ini, kita sediakan 60 alat rapid test. Hasilnya, alhamdulillah semua negatif,” sebut Susi.
Susi pun mengakui, adanya ketakutan pedagang untuk di- rapid test. Tapi Ia bersyukur, setelah diberi pemahaman mereka berbondong-bondong mau ikut rapid test. Dari rapid test masal sekarang, berarti ada tersisa stok 400-an alat rapid test dari total tersedia mencapai 2.600 buah.
Dalam waktu dekat, Provinsi Jabar akan kembali mengirim alat rapid test 500 buah. Termasuk rencana swab test untuk target 1.000 orang. “Itu semua kita lakukan lagi, kalau angka positif Covid-19 mengalami peningkatan lagi. Mudah-mudahan sih nggak naik ya,” harap Susi.