CIREBON – Kapten Cpn Yulius Hendro (36) dimakamkan di Kabupaten Cirebon, Minggu (7/6). Tepatnya di TPU Nyi Buyut Pakungwati, Desa Kalideres, Kecamatan Kaliwedi. Ia merupakan salah satu korban jatuh helikopter MI-17 milik Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) di kawasan industri Kendal, Desa Wonorejo, Kaliwungu, Kendal, Jateng, Sabtu (6/6).
Jenazah pria kelahiran Bengkulu 1984 itu tiba di Desa Kalideres sekitar pukul 09.10. Diawali dengan prosesi penyerahan jenazah yang diterima oleh Dandim 0620 Kabupaten Cirebon Letkol Arh Adhi Kurniawan, jenazah kemudian disalatkan di masjid setempat, dilanjutkan dengan pemakaman pukul 09.30. Proses pemakaman secara militer itu dipimpin Komandan Pusat Pendidikan Penerbang TNI Angkatan Darat (Danpusdik Penerbad) Kolonel Cpn Mochammad Masrukin.
Yulius Hendro asal Bengkulu. Keluarga besarnya juga di Bengkulu. Tapi karena permintaan anak, jenazah Yulius dimakamkan di Cirebon. “Almarhum kelahiran Bengkulu. Ibunya juga masih di Bengkulu. Permintaan ibunya dimakamkan di Bengkulu. Cuma anak pertama almarhum bernama Zafirah ingin ayahnya dikuburkan di Cirebon. Ini (Kalideres, red) adalah kampung halaman istri almarhum bernama Rinawati,” kata Dedi Kusdinar, ayah angkat korban.
Dedi menceritakan, almarhum adalah sosok yang giat. Sejak SMP di Bengkulu, tercatat sebagai bibit atletik terbaik. “Waktu dia SMP, saya tugas sebagai kabid olahraga di dinas pendidikan. Dia salah satu bibit atlet cabang atletik yang kami cari. Dia dari SMP sudah menjadi atlet dan sudah menjadi anak negara. Setelah lulus SMP, dia saya ajak ke Jakarta untuk SMA khusus atlet dengan biaya gratis. Saya didik almarhum dengan baik,” cerita Dedi saat ditemui Radar Cirebon, usai prosesi pemakaman.
Dalam perjalanan hidupnya, sambung Dedi, almarhum juga masuk Universitas Pusat Pendidikan Latihan Olahraga Mahasiswa. Sebagai mahasiswa, ia merupakan atlet terbaik dan memenangkan beberapa kejuaraan. “Setelah lulus kuliah, daftar Sekolah Perwira Prajurit Karir TNI (SEPA PK TNI) tahun 2010 dan dinyatakan lulus. Dari sejak awal lulus dia ditempatkan di Pusdik Penerbad di Semarang,” terang Dedi.
Dedi mengaku intens berkomunikasi dengan almarhum. Sampai pada hari Sabtu (6/6), ia kemudian mendapatkan informasi adanya heli jatuh di Kendal. Karena anak angkatnya bertugas sebagai guru di Pusdik Penerbad Semarang, Dedi menghawatirkannya. “Saya langsung menghubungi almarhum,” katanya.