GABUSWETAN-Warga serta pengguna Jalan Raya Karanganyar-Gabuswetan mengeluhkan kondisi jalan yang rusak parah.
Kerusakan terjadi di sejumlah titik ruas jalan kabupaten sepanjang sekitar 11 kilometer yang belum dicor beton. Mulai dari Perempatan Karangsinom sampai Pertigaan Saradan tepatnya di depan kantor Kecamatan Gabuswetan.
Tokoh Masyarakat Gabuswetan, Suwanda mengungkapkan, kerusakan jalan sudah terjadi sebelum merebaknya wabah Covid-19 atau virus corona. Selain aspal sudah mengelupas, tinggal bebatuan dan sebagian tanah dan berlumpur.
Dari informasi yang didapatnya, Jalan Karanganyar-Gabuswetan sejatinya akan dilakukan perbaikan pada triwulan pertama tahun 2020. Namun diduga gara-gara Covid-19, perbaikan jalan pupus dilakukan.
Pasalnya, pemerintah daerah menunda sejumlah proyek pembangunan infrastruktur. Penundaan tersebut sejalan dengan realokasi anggaran untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19 yang semakin meluas.
“Jadi sejak adanya virus corona tidak ada pemeliharaan dari dinas. Kondisi jalan semakin parah. Apalagi kalau habis diguyur hujan, wah parah banget banyak korban kecelakaan,” ungkapnya, kemarin.
Sementara itu dari pantauan Radar, prihatin dengan kondisi jalan yang rusak, sejumlah warga berinisiatif melakukan penambalan. Agar tak membahayakan pengendara terutama pengemudi sepeda motor.
Seperti aksi tambal lubang jalan oleh warga di Desa Gabuswetan. Di kawasan itu memang terdapat banyak lubang menganga. Diameternya rata-rata 30 centimeter dengan kedalaman sekitar 10-20 centimeter.
Oleh warga, lubang jalan ditutup dengan rupa-rupa barang. Seperti kain, tanah, pecahan genting, bata merah, dedaunan sampai karung berisi sampah. Tapi karena tak tahan digerus ban kendaraan, tambalan darurat itu akhirnya hilang tak berbekas.
“Macam-macam yang ditaruh. Darurat saja, sebagai tanda peringatan supaya pengendara hati-hati. Soalnya banyak kejadian pengendara motor terjatuh, nyungsep,” kata Jani.
Kerusakan jalan membuatnya harus ekstra hati-hati saat berkendara. Jani yang sering bolak balik Karangsinom-Kroya mengaku seringkali sepeda motornya menghantam lubang karena tidak sempat menghindar. “Kadang kita kalau mau menghindar juga takut nyenggol kendaraan lain. Celakanya, lubang di sini cukup dalam,” tandasnya. (kho)