JAKARTA – Data kasus dan penanganan Covid-19 Indonesia berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan negara lain. Hal itu dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti tingkat ancaman epidemiologisnya tidak sama.
Kemudian, kapasitas testing juga tidak bisa dibandingkan. Mengingat di Indonesia banyak yang kapasitas tes-nya sudah melampaui rasio minimal. Perbedaan bisa dilihat pada DKI Jakarta sebagai episentrum besar dengan jumlah tes satu juta penduduknya adalah 17.954 orang. Angka tersebut berada di atas Thailand secara keseluruhan yang mencapai 6.708 per satu juta penduduk.
Kemudian di Filipina 4.419 orang per satu juta penduduk, kemudian Jepang hanya 2.626 per satu juta penduduk. Dalam hal ini apabila dibandingkan dengan Malaysia, maka Indonesia masih berada di bawahnya.
“Tidak akan bisa secara utuh dibandingkan dengan negara lain, karena memang tingkat ancaman epidemiologisnya tidak sama,” kata Juru Bicara Pemerintah Achmad Yurianto,di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta.
Malaysia telah melakukan 19.118 tes per satu juta penduduk. Kendati demikian, Yuri mengakui bahwa tes di Indonesia masih rendah, yakni 1.752 per satu juta penduduk. Akan tetapi hal itu bukan berarti menjadi gambaran bahwa keseriusan pemerintah tidak terlihat.
Dalam hal ini, Indonesia yang menjadi negara yang terdiri banyak kepulauan dan cakupan wilayah cukup luas menjadi faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan dan menjadi hambatan tersendiri.
“Karena kita melihat, bahwa tanah air kita terdiri banyak kepulauan, terdiri dari banyak wilayah yang cukup luas, dengan kepadatan, dan risiko mobilitas orang yang terkait dengan faktor pembawa penyakit cukup besar, yang sangat berbeda,” jelas Yuri.
Oleh karena itu, pemerintah juga mempelajari beberapa hal, terkait dengan episentrum yang lain, seperti Kota Surabaya, kemudian Makassar, termasuk kemudian Kalimantan Selatan. “Untuk kita hitung kembali, berapa yang sudah kita lakukan tes per satu juta penduduk,” kata Yuri.
“Ini menjadi faktor pengukur yang lebih obyektif, kalau kemudian kita mau melihat kinerja secara keseluruhan, dari upaya kita bersama dalam menanggulangi COVID-19,” tambahnya.