Prostitusi Online dan Ancaman Klaster Baru Covid-19

prostitusi-online-cirebon
Tangkapan layar aktivitas prostitusi online di Kota dan Kabupaten Cirebon.
0 Komentar

FASE PELONGGARAN PSBB
Hasil observasi berkelanjutan ini, awalnya sekadar direncanakan sebagai  pengumpulan data. Mengingat modus mereka bekerja mencari lelaki hidung belang relatif masih sama dengan sebelumnya. Berkali-kali tulisan ini rencana akan dirilis, namun pastinya akan menjadi tidak bermakna sekalipun dikaitkan dengan Covid-19.
Barulah muncul temuan pada sepekan terakhir. Fase pelonggaran PSBB, rupanya membuat prostitusi online kembali menggeliat. Sekaligus menghadirkan kengerian tersendiri. Apa yang berbeda?
Di tengah hotel-hotel berbintang belum beroperasi, rupanya para kupu-kupu daring ini berada dalam kelompok-kelompok tertentu. Setidaknya ada dua hotel yang terindentifikasi sebagai “sarang” para penjaja seks online ini. Lokasinya tidak jauh dari perbatasan Kota-Kabupaten Cirebon.
Berbeda dengan kondisi di fase PSBB, saat ini tamu mereka sudah kembali normal. Satu perempuan bisa melayani 5-7 lelaki setiap harinya. Dari penelusuran Radar Cirebon, sebaran mereka memang tidak merata.
Ada di hotel-hotel yang masih beroperasi di Kota dan Kabupaten Cirebon. Namun yang menarik adalah mereka yang terkonsentrasi di dua hotel di perbatasan kota. Pada Jumat malam (12/6), setidaknya ada enam pelaku prostitusi online di satu hotel tersebut.
Itu yang “nyangkut” lewat pencarian sekitar. Tarifnya di kisaran Rp500 ribu hingga Rp1 juta untuk 1 jam.  Kemudian ada sekitar lima gadis di hotel lainnya, yang tidak jauh dari Kota Cirebon. Tarifnya juga hampir sama. Yang mengkhawatirkan adalah, mereka datang dari episentrum penyebaran Covid-19. Terutama Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Inilah yang dikhawatirkan bakal menjadi klaster baru Covid-19. Sebab, mereka biasa tinggal di satu kota untuk rentang waktu 3 hari sampai satu minggu. Masa inkubasi 14 hari pun tidak berlaku untuk mereka. Mengingat setiap harinya bertemu dengan sekurang-kurangnya 5 orang. Yang tidak bisa juga ditelusuri riwayat perjalanan, kontak dan lain sebagainya.
“Kamu bebas Covid?”. “Iyalah kak,” kata Manda kepada Radar Cirebon, tadi malam. “Aman ya bener?”. “Iya kak,” Manda meyakinkan. “Sudah rapid test?”. “Belum sih, tapi aku sehat. Mau ke sini jam berapa,” Manda balik bertanya.
Tidak ada jaminan benar-benar aman baik bagi para pelaku maupun konsumennya. Seks di luar nikah memang selalu berisiko. Hanya saja, saat ini yang patut menjadi perhatian bukan hanya HIV/AIDS ataupun penyakit sejenis. Risikonya ditambah dengan potensi penyebaran Covid-19. (dri/azs)

Laman:

1 2 3
0 Komentar