CIREBON – Perbatasan Kecamatan Gunungjati-Suranenggala kembali mencekam, Minggu (14/6). Tawuran yang terjadi lima hari lalu antara Sirnabaya-Purwawinangun, kembali pecah. Bahkan kali ini bentrok antarwarga meluas. Melibatkan tiga desa. Di antaranya Desa Purwawinangun, Desa Sirnabaya, dan Desa Mertasinga.
Akibatnya, puluhan rumah mengalami kerusakan dan lebih dari 3 orang ambruk karena terkena anak panah. Ada juga aksi penjarahan. Dari mulai TV hingga perhiasan emas puluhan gram. “Kita tinggal seperti di kampung neraka. Kita diteror oleh tawuran,” ujar seorang perempuan sambil menangis di salah satu titik lokasi tawuran, kemarin.
Perempuan yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan perabotan rumahnya ikut rusak semua. “Tembok rumah juga sampai hangus dibakar. Tetangga juga ada yang sampai dijarah rumahnya. TV dan emas 30 gram diambil,” kata perempuan itu sambil terus menangis.
Dia mengaku kecewa dengan kepolisian yang belum juga menangkap provokator tawuran sebelumnya. Karena sang provokator tak juga ditangkap polisi, tawuran pun pecah lagi. Situasi itu membuat warga waswas. “Kita tidak mau tidur di sini. Mending mengungsi ke rumah mertua. Karena pernah saya terjebak di dalam rumah, tidak bisa apa-apa. Kalau saya tadi malam ada di rumah, nyawa taruhannya,” katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Cirebon, bentrok antarwarga itu terjadi Minggu dini hari (14/6) sekitar pukul 03.00. Berawal ketika salah satu warga membunyikan petasan besar. Dari situlah, warga mulai saling serang. Petugas keamanan dari TNI-Polri yang sudah di lokasi kejadian, mencoba menghalau warga. Namun letupan petasan berkali-kali membuat situasi semakin memanas.
Akhirnya terjadi saling lempar batu dan melepaskan anak panah. Situasi makin mencekam. Petugas dari Brimob dan Dalmas Polres Cirebon Kota mencoba membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata. Tapi, petugas malah diserang dengan lemparan batu dan serangan petasan kembang api. Tepat pukul 05.30 WIB, pihak keamanan akhirnya berhasil memukul mundur warga yang bertikai.