Dia membeberkan, berdasarkan indeks Rt (reproduksi virus) Kota Cirebon berada pada angka kurang dari 1. Artinya, virus berpotensi berhenti menyebar apabila tidak ditemukan kasus.
Berdasarkan data dan peta sebaran kasus per kelurahan, 18 kelurahan (82 persen) berada pada level 1, 3 kelurahan (14 persen) berada pada level 2, hanya 1 kelurahan (4 persen) pada level 3.
Karenanya Kota Cirebon belum bisa menerapkan AKB (adaptasi kebiasaan baru) secara penuh, mempertimbangkan masih ditemukan kasus positif (kluster tunggal).
Alumnus ITB ini menjelaskan, mengacu hasil analisis dari tim ahli Bappenas yang terdiri dari ahli epidemiologi angka Rt Kota Cirebon berada di posisi dibawah 1 yakni 0,8064. Artinya penyebaran virus rendah. Sedangkan kalau diatas 1 artinya virus masih menyebar tinggi.
Data sampai dengan 8 Juni 2020 oleh tim ahli Bappenas bahwasannya Kota Cirebon kategori hijau (Rt <1). Kemudian berdasarkan data dari provinsi Jawa Barat per tanggal 3 Juni 2020, indeks transmisi kota Cirebon menunjukkan effective reproduction number atau Rt sebesar 0,73043 atau berada di bawah angka 1 atau berpotensi berhenti menyebar.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr Edy Sugiarto MKes menegaskan, walaupun Kota Cirebon secara umum masuk level 1 namun Diklat BKKBN akan tetap disiapkan sampai bulan Desember 2020 atau sampai terbukti benar-benar aman.
Kemudian, anak-anak sekolah kemungkinan baru bisa mulai Desember. Persiapan ini, semata-mata pencegahan kemungkinan terburuk. Mengingat pengalaman beberapa negara, gelombang kedua covid-19, bisa lebih besar.
TEGAL MULAI UJI COBA
Di Kabupaten Tegal, pemda sudah melakukan uji coba sekolah masuk dan belajar tatap muka. Meski demikian, kegiatan yang disebut bagian dari simulasi atau ujicoba KBM tersebut dilakukan sangat ketat sesuai dengan protokol kesehatan.
“Kita sangat ketat dalam melaksanakan simulasi ini. Untuk SMP ada 5 sekolah yang jadi percontohan. SD sebanyak 35 sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal Akhmad Was’ari MM, kemarin.