CIREBON – Para kuwu dari desa-desa yang terlibat tawuran akhirnya dipertemukan di Kantor Kecamatan Suranenggala, kemarin (16/6). Turut hadir Bupati Cirebon Imron MAg. Kesepakatan damai ditandatangani. Tapi, proses hukum akan tetap berjalan. Termasuk kepada salah satu warga yang kedapatan membawa senjata jenis air gun.
Air gun sendiri memiliki desain yang mirip dengan pistol asli. Mirip dengan air soft gun, tapi daya hantamnya berbeda. Air soft gun dikategorikan sebagai mainan karena menggunakan tenaga atau alat untuk melontarkan amunisi ballbearing atau BB, gas tekanan rendah, atau alat bantu gunakan dinamo dan tenaga baterai.
Sedangkan air gun bisa melontarkan peluru jenis metal, atau besi. Air gun bukan sekedar untuk bermain atau berekreasi, tapi juga bisa untuk berburu maupun olahraga. Jika ditembakkan secara asal, bisa berbahaya. Dengan daya luncur yang dimilikinya, air gun bisa sampai memecahkan kaca. Unit inilah yang bisa disalahgunakan orang, baik sekedar iseng atau sengaja untuk mengintimidasi orang lain.
Karena itu, dalam kasus tawuran ini, polisi menyebut warga yang membawa air gun akan diproses. “Ini mungkin islah (damai, red). Tapi proses hukum tetap jalan. Dari penyisiran, kita menemukan air gun di tangan warga. Kita sedang proses. Ini (air gun, red) kalau digunakan dalam tawuran, mengerikan,” kata Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota AKP Deny Sunjaya di Kantor Kecamatan Suranenggala.
Deny yang mewakili Kapolres Cirebon Kota AKPB Syamsul Huda mengatakan pihaknya sudah berkali-kali turun menangani aksi tawuran tersebut. Diawali dari bulan Ramadan, di mana saat itu hanya karena cekcok antar obrog. “Kita menangani ini hampir tidak ada istirahat. Sebagai bukti dengan adanya laporan polisi baik di polres maupun polsek. Untuk itu komitmen akan melakukan proses hukum pada pelaku yang melakukan tindakan pidana sesuai dengan barang bukti, sesuai dengan laporan polisi,” tegasnya.
Pihaknya juga mengharapkan kepada para tokoh masyarakat dan aparat desa untuk bersama-sama mendukung proses penegakan hukum. “Dalam tawuran ini ada yang memanah, ada yang merusak. Bahkan, anggota kita juga ada yang kena. Kami minta tolong kerja samanya dengan tokoh masyarakat dan kuwu,” tandasnya.