Masih di tempat yang sama, Kuwu Desa Sirnabaya M Muhaimin mengatakan, tak hanya rumah warga yang rusak, tapi isinya juga dijarah. Ia pun menyerahkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. “Ada rumah warga yang dijarah. Barang-barang berharga hilang. Dari mulai perhiasan emas, laptop dan uang tunai. Totalnya sekitar Rp80 juta kerugian rumah yang isinya dijarah,” ujar Muhaimin.
Menurutnya, persoalan tersebut diduga bermula dari obrog-obrog saat Ramadan lalu, kemudian berbuntut panjang dan akhirnya terjadi tawuran selama beberapa kali. “Kalau dari warga kami belum ada laporan yang luka atau masuk rumah sakit. Berapa korban, baik yang luka ringan ataupun luka berat, belum ada laporan. Untuk korban penjarahan, proses hukumnya kami serahkan kepada pihak kepolisian, biar ditangani kepolisian,” imbuhnya.
Ia mengakui mediasi sudah beberapa kali dilakukan, tapi setelah itu tawuran lagi. “Kita sebenarnya melakukan langka persuasif. Saya panggil anak yang awal tawuran dan dibina. Tapi yang datang hanya beberapa. Sampai kami minta tolong ke kiai untuk ngomong ke masyarakat agar tidak tawuran. Ya tetap seperti itu. Mudah-mudahan mediasi ini yang terakhir dan tidak ada lagi tawuran,” tandasnya.
Sementara Kuwu Purwawinangun Tasumi mengatakan apa yang terjadi saat ini bermula dari persoalan sepele antara anak muda, kemudian melebar mengakibatkan keributan antarwarga. Ia juga berharap tawuran tak terulang lagi.
“Kalau dari pihak kami ada 5 orang yang dirawat. Kalau yang luka-luka mungkin sekitar 40. Paling banyak kena panah. Rumah yang rusak di atas 10 jumlahnya. Penyebab tawuran dari anak-anak muda itu awalnya. Kalau bentroknya mungkin sekitar 4 kali dari bulan puasa kemarin. Dengan adanya Pak Bupati, saya mohon kalau ada perdamaian, kami pengen bener-bener selesai,” pungkasnya. (cep)