Rumah makan dan restoran serta kedai kopi mulai kembali beroperasi pasca pelonggaran status PSBB proporsional di Kota Cirebon. Selama masa PSBB, usaha sektor ini dibatasi hanya dapat melayani pembelian take away. Imbasnya, para penikmat kedai kopi sempat berhenti nongkrong di tempat favorit mereka.
SUDAH dua pekan ini, Sinta dan Hani bisa kembali ngopi di kafe di sore hari. Aktivitas yang menurut mereka dirasa efektif untuk melepas penat, setelah seharian berkutat dengan pekerjaan. Sebelum pandemi, kedua sahabat karib ini sangat sering kongko berdua di kedai kopi, sambil curhat dan bercengkerama membicarakan berbagai tema dan topik obrolan.
“Kalau dulu memang dalam seminggu bisa dua sampai tiga kali kita mampir ke tempat ngopi. Nggak mesti di satu tempat, tapi ngacak mencoba mencicipi rasa kopi racikan di masing-masing kafe,” ujar Sinta, kepada Radar Cirebon.
Menurutnya, kebiasaan ini seolah sudah menjadi sebuah kebutuhan. Penatnya aktivitas pekerjaan, seketika hilang setelah menghabiskan waktu beberapa jam di kedai kopi. “Jadi kalau habis ngopi itu, pulang ke rumah jadi agak fresh dan langsung istirahat,” ungkapnya.
Namun, sejak kedai kopi hanya bisa melayani pembelian take away, mereka mencari cara lain agar tetap bisa melepas penat dan stres. Memang mereka bisa menikmati seduhan racikan kopi di kediamannya masing-masing, sesekali sambil ngopi dari rumah, mereka bercengkrama lewat video call.
“Memang pas PSBB waktu masih ketat, kita cukup kesulitan nyari tempat yang pas buat melepas penat dan hiburan. Mau piknik pun tempat wisata masih pada tutup. Jadi, ya banyak-banyakin aktifitas di rumah Aja,” ujarnya.
Sinta dan Hani, merasakan suasana yang berbeda ketika kedai kopi saat ini mulai dapat melayani pemesanan di tempat. Karena pengunjungnya belum begitu banyak, suasananya pun lebih lengang dan tenang. Mereka jadi lebih menikmati suasana tersebut, karena tidak terlalu terganggu dengan obrolan-obrolan yang terdengar dari pengunjung lain.