Tidak menjadi anggota dewan, bukan berarti mengurangi intensitas Jafarudin berinteraksi dengan masyarakat. Aktivitasnya kini, tetap bersentuhan dengan orang banyak. Namun sebagai pengusaha bengkel. Yang didengarnya bukan lagi aspirasi, tapi keluhan pelanggan yang mesin dieselnya rusak.
ABDULLAH, Kejaksan
GAYA khasnya masih sama. Juga sapaannya kepada siapa saja. Begitulah keseharian Jafarudin. Dari kursi dewan, kini dia kembali ke masyarakat. Membaur tanpa sekat.
Anggota DPRD dari Partai Hanura periode 2014-2019 ini ditemui Radar Cirebon, Jumat (26/6) di sela kesibukannya. “Tiap hari sebenarnya saya tidak lepas dari berhubungan dengan masyarakat. Padahal sudah bukan anggota dewan. Ya sambil ngopi-ngopi,” kata Jafarudin, di bengkelnya.
Sebelum menjadi anggota dewan, Jafarudin memang sudah lama dikenal sebagai pengusaha bengkel. Spesifiknya test injection pump dan nozzle.
Usaha ini sempat terbengkalai selama lima tahun, saat dirinya mengabdi di Griya Sawala. Selama itu juga, bengkelnya kurang maksimal. Turun drastis pendapatannya. Sekarang, pelan-pelan usahanya kembali.
Tidak jarang Jafar langsung memeriksa pekerjaan anak buahnya. Ketika dirasakan ada yang kurang, tak segan dia langsung turun tangan melakukan perbaikan. “Lima tahun saya tinggal bengkel mengalami penurunan, dan ini sekarang perlahan saya tangani langsung. Seperti dari nol lagi. Harus membangun komunikasi lagi dengan pelanggan lama,” ujarnya.
Pelanggan Jafar ternyata bukan hanya perorangan. Beberapa perusahaan oto bus ternama di Cirebon adalah klien tetapnya. Bengkel resmi, dealer, juga sering melempar pekerjaan ke bengkelnya.
Kembali berurusan dengan mesin, Jafar justru mengaku lebih menikmati hidupnya. “Kalau di dewan saya digaji rakyat sehari Rp1 juta. Di bengkel saya menggaji karyawan Rp1 juta,” ujar jafar.
Disinggung apakah tahun 2024 dirinya akan maju lagi pada pemilu legislative? Jafar enggan berkomentar. Saat ini, dia memilih fokus mengembangkan usaha bengkelnya. “Sekarang fokus dulu ke bengkel,” ucap dia.
Jafar bahkan mengaku sama sekali tidak mengalami post power syndrome ketika tidak lagi menjadi anggota dewan. Baginya, menjadi wakil rakyat itu pengabdian. Bukan kekuasaan.
Dia juga tidak merasa kehilangan pendapatan seperti saat dulu di dewan. Bagi Jafar penghasilan dari bengkelnya jauh lebih nikmat.