Lahan yang dipakai tadinya tidak produktif. Bahkan sering dijadikan tempat pembuangan material bekas bangunan. Tapi sekarang tidak lagi. Areanya jadi hijau dan bisa menghasilkan bahan pangan baik sayuran maupun ikan.
APRIDISTA SITI RAMDHANI, Cirebon
TADINYA lahan kosong di tengah permukiman RW 07 Pulo Baru Selatan, Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan nampak kumuh dan tidak terawat. Sementara pemiliknya tidak memanfaatkan area terbuka tersebut.
Dari situ warga bermusyawarah untuk melakukan pemanfaatan. Kemudian bergerak bersama RW setempat. Lahan tersebut kini sudah dibeli dan digunakan untuk berbagai kegiatan.
Diawali dengan penataan lahan, Ketua RW Setempat, Nilawati mulai berpikir untuk menjadikan lahan tersebut produktif. Diawali dengan menanam berbagai tanaman pangan bersama anggota KWT yang berjumlah 20 orang.
Ada pakcoy, selada, kangkung, sawi pagoda, cabai, bahkan hingga buah seperti strawberry ditanam di area yang sebenarnya tidak terlalu luas itu. Mempertimbangkan keterbatasan lahan, metode hidroponik dipilih. “Kebetulan kami dapat bantuan dari DPPKP untuk bibit tanaman dan modul hidroponik. Ya kami coba untuk terapkan,” kata Nilawati, kepada Radar Cirebon.
Berbagai peralatan sederhana swadaya masyarakat dibuat secara gotong royong dengan memanfaatkan bahan yang ada. Kemudian coba-coba metode tanam. Misalnya untuk strawberry yang menggunakan sistem wick.
Sistem ini sebenarnya paling sederhana. Dasar dari hidroponik. Ini merupakan sistem pasif yang berarti tidak ada bagian yang bergerak. Larutan nutrisi ditarik ke dalam media tumbuh dari wadah nutrisi dengan sumbu. Sumbunya menggunakan kain flanel yang dapat menyerap air. “Sistem wick ini mengguankan media sekam bakar dan cocofeat, kelebihannya hemat air dan sangat simpel,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga melengkapi KPLH dengan budikamber yakni budidaya ikan dalam ember. Ikan yang dipilih yakni ikan lele. Selain di ember, ada beberapa kolam yang dibuat juga untuk budidaya ikan lele ini.
Dengan perawatan yang cukup mudah, KPLH kini sudah bisa memanen lele dan menjual hasilnya. Pembelinya terkadang warga sendiri. Mengingat dalam sekali panen setiap 1,5 bulan sudah bisa menghasilkan 40 kilogram.
Ia berharap seluruh tanaman pangan dan lele yang ada di KLPH ini bisa dinikmati bersama warga sekitar. Setiap panen sayuran, pihaknya pun terus membagikan kepada warga yang mau. Tak jarang kini warga juga sudah mulai meminta tanaman yang usai proses pembibitan. “Biasanya proses pembibitan riskan mati, jadi bisanya warga minta yang sudah pembibitan, tinggal rajin menyiram,” tukasnya.