Bantuan itu akhirnya datang juga. Rumah Putih, memang sudah tak layak huni. Itu dua tahun yang lalu. Sekarang, dia harus kembali menanti bantuan. Hujan deras dan angin kencang pekan lalu, membuat kediamannya itu rusak berat.
APRIDISTA SITI RAMDHANI
SIANG itu, Putih bersama anaknya sedang beristirahat. Dia cukup kelelahan usai membersihkan puing runtuhan rumah yang kini tak beratap.
Perabotan di rumahnya sudah diungsikan ke tetangga terdekat. Hanya tersisa beberapa saja, namun kondisinya tertutup reruntuhan atap.
Baca Juga:Panjunan Tanpa KumuhGusmul Berpeluang Besar Jadi Sekda
Asisten rumah tangga berusia 56 tahun ini masih trauma. Hari itu, Jumat (6/7) tiba-tiba terjadi hujan deras. Angin pun cukup kencang bertiup.
Putih ingat betul. Sekitar pukul 19.00, dia sedang memasak di dapur menyiapkan makanan untuk keluarganya yang masih tinggal serumah.
Ada dua kepala keluarga di situ. Dua anaknya, menantu dan sang cucu. Semua berkumpul di ruang tengah. Kehangatan keluarga itu, tiba-tiba saja ambyar. Angin semakin besar.
Putih berinisiatif untuk menutup pintu dan jendela rumah. Seketika itu, atap yang terbuat dari baja ringan ambrol terbawa angin. “Awalnya angin kecil. Tiba-tiba besar. Ini atap rumah langsung terbang,” katanya, menceritakan kejadian di malam itu.
Untungnya rangka baja ringan yang terbang diterpa angin sempat tertahan di rumah bertingkat tetangganya. Kalau tidak, besar kemungkinan bakal berterbangan dan menerjang rumah lainnya.
Suasana malam itu, dirasa sangat mencekam. Angin kencang, dibarengi dengan hujan yang lebat. Bersamaan air laut juga pasang. Tak berapa lama atap rumahnya terbang, genangan air sempat menggenang di depan rumahnya.
Saat kejadian, anggota keluarganya terutama sang cucu yang masih batita langsug diungsikan ke rumah tetangga. Baru setelah hujan reda, ia dan anggota keluarga lainnya mengangkut barang-barang untuk dititipkan sementara. “Sebetulnya saya ini masih trauma,” tuturnya.
Baca Juga:Minggu Pagi di Bima Sudah NormalAyu Yakin Menang, Cunadi Tegaskan Bukan Boneka
Janda berusia 56 tahun ini terpaksa libur bekerja. Dia masih berkutat dengan kondisi kediamannya yang rusak. Putih tidak menyangka musibah bakal terjadi.
Sebelumnya, bangunan rumahnya baik-baik saja. Beberapa kali terjadi hujan tak ada keluhan. Namun karena atap terbuat dari baja ringan, saat hujan turun suaranya terdengar cukup bising.