Pelestarian budaya di Pemerintah Desa Pegagan, terus dilakukan. Salah satunya, memugar pendopo makam Kibuyut Brajageni dan Ki Brajaungkara yang berada di Blok Makam Kroya.SAMSUL HUDA, PalimananKUWU Desa Pegagan, Alfan Mashadi mengatakan, pembangunan pendopo makam Kibuyut Brajageni dan Ki Brajaungkara itu bersumber dari Dana Desa (DD) tahun anggaran 2019, termasuk swadaya masyarakat sekitar.
“Pemugaran itu, berdasarkan persetujuan dari tokoh agama, masyarakat dan sesepuh lainnya yang berada di wilayah Desa Pegagan, sebagai wujud pelestarian budaya,” ujar Alfan, kemarin (9/7).
Dia mengungkapkan, anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan pendopo tersebut, menelan anggaran Rp181 juta. Yang rinciannya, DD tahun 2019 Rp176 juta dan swadaya masyarakat sebesar Rp5 juta.
“Memang ada sebagian bahan material kayu itu kita memanfaatkan material lokal, dengan menebang pohon untuk dibuat ukuran kayu, namun dana belanja kayu kita alihkan untuk biaya material seperti GRC, tanah, cat lain-lannya,” katanya.
Itu pun, sambung Alfan, atas permintaan dari masyarakat desa setempat dengan kesepakatan bersama. Tanpa keberatan. Semuanya bertujuan dalam rangka mengenang jasa pendahulu yang membangun Desa Pegagan.
“Masyarakat tidak merasa keberatan dengan pembangunan pendopo makam leluhur Kibuyut Brajageni dan Ki Brajaungkara. Bahkan, kami juga ada surat pernyataan bersama yang ditandatangani oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat Desa Pegagan,” paparnya.
Dia mengaku, semua pelaksanaan pembangunan sudah digelar sesuai dengan teknis dan aturan yang ada.Senada disampaikan, Sekdes Desa Pegagan Suhanto. Dia mengatakan, pembangunan pendopo makam leluhur di Blok Makam Kroya, awalnya memang dilaksanakan pada tahun 2019. Tapi karena ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dari usulan dan saran para tokoh ulama dan masyarakat Desa Pegagan, seperti pertimbangan cuaca dan tenaga kerja yang tersedia, serta sesuai kesepakatan bersama antara Kepala Desa dan BPD tentang perubahan waktu pelaksanaan kegiatan, maka digelar tahun 2020.
“Kami selaku aparat pemerintah desa sangat berterima kasih terhadap para ulama dan tokoh masyarakat atas kegiatan pembangunan pendopo di dua makam buyut ini,” katanya.
Ia menambahkan, apabila ada masyarakat yang masih belum mengerti ataupun tidak terima, itu suatu hal yang wajar. “Karena pro dan kontra dalam pemerintahan desa pasti ada,” pungkasnya. (*)
Pemdes Pegagan Pugar Pendopo Makam Leluhur

