Salah satunya, kata Toto, terungkap dari temuan survei pada pertanyaan tentang isu negatif para calon. Dari sejumlah figur, Daniel termasuk salah satu yang punya potensi rawan dipersepsi negatif oleh publik di Indramayu. Dan dari temuan survei, isu-isu negatif yang terpotret itu punya pengaruh cukup besar yang bisa merontokan elektabilitasnya. Tentu dengan catatan, jika isu-isu negatif tersebut diketahui mayoritas publik dan dipercaya publik. Sebab, bisa saja, isu negatif itu beredar tapi publik tak mempercayainya.
Toto menambahkan, dari pengalaman LSI melakukan ratusan kali survei di seluruh Indonesia, ada dua hal yang biasanya punya daya rusak pilihan publik terhadap calon, sehingga hasil survei pun meleset. Pertama, money politics dan kedua tsunami politik. Salah satunya, tiba-tiba calon tertentu terlibat kasus moral yang heboh seperti asusila, narkoba atau terjerat kasus korupsi dan lain-lain. Tentu, jika mayoritas publik tahu dan percaya terhadap isu-isu negatif tersebut.
Begitu juga dengan money politics. Dalam temuan survei LSI, ada kecenderungan pragmatis perilaku pemilih di Indramayu yang menganggap money politics itu sangat wajar (6,8%) dan cukup wajar (50,0%). Jika digabung lebih dari 50% publik di Indramayu menganggap wajar money politics. Dengan kata lain, mayoritas warga di Indramayu senang dan suka jika ada yang melakukan money politics.
Ini juga tergambar dari pengakuan publik atas pengaruh money politics tersebut. Sangat berpengaruh (14,8%) dan cukup berpengaruh (38,0%). Biasanya, ini menjadi good news buat calon dengan kapital besar dan bad news buat calon yang bermodal pas-pasan. Di luar konteks bahwa cara-cara kotor seperti itu akan merusak tatanan demokrasi yang sehat dan kuat.
“Dengan terjadinya dua hal tadi, money politics dan tsunami politik, bisa terjadi calon yang sekarang diunggulkan, pada saatnya rontok dikalahkan calon lain. Dan pada Pilkada Indramayu 2020 ini, potensi terjadinya dinamika dukungan masih sangat terbuka. Apalagi, dalam sisa waktu yang masih kurang lebih 5 bulan. Berbagai kemungkinan bisa terjadi,” ucapnya.
Terutama dalam konteks masih rendahnya rata-rata tingkat pengenalan para calon yang masih di bawah 70%. Padahal, lanjut Toto, untuk bisa menang itu setiap calon harus memiliki tingkat pengenalan di atas 80%. Ini juga termasuk bagian dari salah satu hukum besi untuk menang.