CIREBON – Pintu-pintu kaca di bangunan bergaya victoria itu tak lagi dibuka. Wabah Corona Virus Disease (Covid-19) menjadi pukulan telak. Saat hotel-hotel lain kembali menggeliat, Cirebon Plaza memutuskan untuk mengakhiri perjalanan bisnisnya.
Hotel yang telah beroperasi sejak 1980-an itu, telah mengukir sejarahnya sendiri untuk Kota Cirebon. Cirebon Plaza menjadi salah satu hotel tertua.
Di masa jayanya, Cirebon Plaza menjadi salah satu hotel transit dengan lokasi yang strategis. Lokasinya begitu dekat dengan Terminal Gunungsari.
Lucky Arianto Husein Mukti yang sebelumnya pernah mengelola selama beberapa tahun menuturkan, persaingan hotel saat Cirebon Plaza hadir tidaklah tinggi. Di tahun tersebut hanya terdapat 3 hotel yakni Patra Jasa, Bentani hotel dan Cirebon Plaza.
Tahun 1990 hingga 2000 menjadi tahun berjayanya Cirebon Plaza. “Saat itu jumlah kamar 34 ruangan kamarnya pun luas sekitar 32 meter persegi,” ujar Lucky, kepada Radar Cirebon, Selasa (14/7).
Cirebon Plaza merupakan hotel bintang dua. Sebagai syaratnya, luas kamar pun harus 32 meter persegi. Sehingga di hotel ini hanya tersedia kamar dan restoran tanpa meeting room.
Untuk menarik tamu dan sebagai strategi marketing, Superdog salah satu resto pun sempat masuk mengisi Cirebon Plaza. Seiring berjalannya waktu, meeting incentive conference and exhibition (MICE) mulai berkembang di Cirebon.
Dari situ, manajemen menghadirkan meeting room untuk mengakomodir kebutuhan para tamunya tersebut. Di tahun 2016 renovasi pun dimulai. Dari perubahan ini, ditambahkan 1 ruang rapat dengan kapasitas maksimal 90-100 orang dan kamar menjadi 28 ruangan. Dengan upgrade kamar tipe suite dan deluxe.
“Karena memang luas lahan sempit dan tak bisa diperlebar ke belakang, akhirnya untuk menghadirkan meeting room, kita bongkar kamar yang ada,” terangnya.
Namun dengan kapasitas yang ada tersebut ternyata tetap belum mampu mengakomodir kebutuhan tamu. Dengan parkir yang terbilang sempit, saat satu bus masuk sudah sangat memakan tempat.
Kemudian dengan meeting room berkapasitas maksimal 90 hingga 100 ternyata tidak mengakomodir, karena sebagain besar permintaan memerlukan kapasitas 150-200 orang.
Belum lagi jumlah kamar yang hanya 28 kamar yang tidak bisa mengakomodir rombongan. “Biasanya kalau rombongan 1 bus, 1 bus tentu rata-rata 50 hingga 60 orang, tidak bisa terakomodir di kamar kami,” jelasnya.