CIREBON- Para pelanggan Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon terus mempersoalkan tagihan yang naik selangit. Banyak pelanggan mengaku heran. Mereka merasa pemakaian debit air tak banyak berubah. Namun kenaikannya bikin pelanggan menjerit.
Salah seorang pelanggan, Masyitoh, mengaku kenaikan tagihan airnya tiba-tiba melonjak untuk bulan Juli ini. Padahal, warga kompleks Perumahan GSP (Griya Sunyaragi Permai) ini lebih sering menggunakan air sumur dibandingkan air PDAM.
“Kalau dikatakan selama ada wabah corona pemakaian airnya meningkat, meningkat gimana? Lha saya setiap mandi seringnya pakai air tanah. Buat masak juga saya seringnya di warung, bukan di rumah,” ungkap warga yang lingkungannya masuk RW 17 Mulya Sejahtera tersebut.
Masyitoh melanjutkan, rata-rata sebulan penggunaan air PDAM di rumahnya kurang dari 10 meter kubik. Sehingga tagihannya tidak terlalu besar. Hanya Rp51 ribu saja per bulan. Namun bulan ini, dirinya kaget saat melihat tagihannya yang mencapai Rp100 ribu lebih.
“Meningkat 2 kali lipat. Rasanya ini cukup memberatkan. Solanya tagihan gas juga sama, naik. Padahal kita setiap bulan bayar dan tidak pernah telat bayar tagihan. Tiba-tiba naik tanpa ada pembeitahuan sebelumnya,” sesalnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua RW 17 Mulya Sejahtera, Dajani. Menurut Dajani, kenaikan tagihan air banyak dikeluhkan oleh warga. Apalagi tak pernah ada pemberitahuan sebelumnya. “Warga mengeluh karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Saya sendiri juga kaget. Saya biasanya sebulan hanya Rp95 ribu, sekarang tagihannya mencapai Rp174.900,” kata pria yang biasa dipanggil Riyan itu.
Atas hal itu, Riyan mengaku mendatangi pusat aduan PDAM. Berdasarkan keterangan petugas, kata Riyan, tarif PDAM tidak mengalami kenaikan. Hanya saja selama pandemi Covid-19, petugas tidak melakukan pencatatan meteran.
Sehingga digunakan akumulasi dari penggunaan air tiga bulan ke belakang. Baru kemudian dirata-ratakan. “Jadi katanya itu (akumulasi) yang bikin tagihannya melonjak. Tapi kan seolah-olah angkanya cuma asal nembak saja. Karena selama ini penggunaan air juga tidak terlalu banyak berubah walaupun ada pandemi Covid-19,” tandasnya.
Walaupun dari pihak PDAM menawarkan keringanan dengan mengangsur tagihan beberapa kali untuk bulan Juli ini, namun Riyan mengaku tak puas dengan jawaban petugas. “Walaupun diangsur juga nilainya tetap sama. Kalau kenaikannya hanya berkisar Rp10 ribu atau Rp20 ribu, mungkin warga tak terlalu mempermasalahkan. Ini kenaikanya hingga 100 persen lebih. Mau tak mau warga mengeluarkan unek-unek,” katanya.