MAJALENGKA – Sudah sepuluh tahun Jubaedah, warga Desa Kramat Jaya Kecamatan Malausma memproduksi minyak cengkih. Usaha minyak cengkih yang sempat terhenti selama beberapa bulan karena dampak Covid-19, kini sudah produksi kembali setelah memasuki masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
Jubaedah mengatakan, tidak hanya daun cengkih yang menghasilkan minyak ketika proses penyulingan. Tetapi sisa daun tersebut bisa dijadikan bahan bakar dengan bantuan ban bekas dan menghasilkan api yang besar. Proses pembuatan minyak cengkih hanya memakan waktu sekitar 6 sampai 7 jam.
Namun saat ini, pihaknya kesulitan mendapat bahan baku. Kalaupun ada, harga bahan baku cukup tinggi.
“Biasanya suka ada orang yang mengumpulkan daun cengkeh dan kita tinggal ambil, untuk saat ini sudah tidak ada jadi kita harus nyari ke beberapa lokasi,” terang Jubaedah.
Selain bahan baku yang mahal, harga jualnya juga tidak stabil yang tadinya bisa mencapai Rp250 ribu per kilogram kini hanya Rp100 ribu per kilogram. Untuk penjualan ke berbagai daerah seperti Ciamis, dan Kabupaten Majalengka biasanya ke Kecamatan Talaga. Manfaat minyak cengkih menurut Jubaedah untuk perawatan gigi, pencegahan infeksi, mengatasi jerawat, dan beberapa manfaat lainnya.
Di awal usaha yang sedang berjalan di tengah pandemi covid-19, Jubaedah berharap kondisi bisa normal kembali serta tidak ada masalah yang bisa menghambat perekonomian. Dia juga sangat merasakan dampak yang tidak diinginkan sejak munculnya wabah virus Corona.
“Mudah-mudahan virus corona hilang dan tidak ada lagi virus-virus yang seperti ini, agar kehidupan bisa tenang dan tentram kembali,” harapanya. (iim)