Merakyat, Junjung Tinggi Nilai Keberagaman  

okri- karangan bunga di keraton kesepuhan (1)
BELASUNGKAWA: Karangan bunga atas meninggalnya Sultan Sepuh XIV Arief Natadiningrat berjejer memenuhi halaman Keraton Kasepuhan, Kamis (23/7). FOTO: OKRI RIYANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

CIREBON – Duka mendalam masih dirasakan keluarga besar Keraton Kasepuhan, pasca meninggalnya Sultan Sepuh XIV Arief Natadiningrat. Para pelayat masih terlihat berdatangan di acara tahlilan hari kedua, Kamis (23/7).
Ucapan belasungkawa lewat karangan bunga nampak memenuhi halaman Keraton Kasepuhan. Termasuk dari Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden KH Maruf Amin, pejabat negara maupun mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada prosesi tahlilan, puluhan orang memanjatkan doa. Termasuk beberapa perwakilan dan keluarga kesultanan nusantara.
Usai acara tahlilan, putera mahkota Kesultanan Kasepuhan, PRA Luqman Zulkaedin mengingat kembali pesan-pesan Sultan Sepuh XIV, sebelum meninggal dunia. Sultan berpesan kepadanya untuk selalu melestarikan adat dan budaya Cirebon. Selain itu, Sultan juga mengingatkan kepadanya agar selalu menjaga nilai-nilai pluralitas.
Sejak kecil, kata PRA Luqman, dirinya sudah dibiasakan untuk bertemu dengan khalayak. Dari situ, Sultan juga mengajarkan kepadanya untuk menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak.
“Beliau juga berpesan agar menjaga nilai-nilai pluralisme. Menjaga perbedaan. Karena di Cirebon kan beragam. Beliau meminta supaya merangkul semua pihak,” ungkapnya.
Rasa duka dan kehilangan juga turut dirasakan oleh masyarakat Tionghoa di Kota Cirebon. Humas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Cirebon, Halim Eka Wardana mengatakan, mendiang Sultan Sepuh XIV merupakan figur yang mampu mempertahankan persatuan. Di tengah beragamnya adat budaya di Kota Cirebon, Sultan Sepuh XIV tampil sebagai sosok yang sangat peduli dengan nilai-nilai keberagaman.
Hal tersebut, menurut Halim, dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang diselenggarakan almarhum dengan mengundang seluruh unsur masyarakat, tanpa melihat latar belakang. Salah satunya, seperti acara open house di Keraton Kasepuhan yang rutin dilakukan setiap tahun saat momen Lebaran.
“Saat kami menyelenggarakan kegiatan budaya, seperti Imlek, beliau juga sering menyempatkan diri untuk hadir. Dari situ dapat dilihat bahwa almarhum mampu mempertahankan persatuan di tengah beragamnya adat budaya yang ada,” ungkap Halim.
Selain itu, Halim menilai, almarhum merupakan sosok yang memiliki kemampuan mumpuni sebagai seorang organisator. Karena sebelum dinobatkan sebagai seorang Sultan, sejak muda almarhum sudah aktif di berbagai organisasi.

0 Komentar