Puluhan Tahun Dipasung, Mau Berobat Tak Ada Biaya

Puluhan Tahun Dipasung, Mau Berobat Tak Ada Biaya
SINERGI: Kompol Noneng Sukarna SH bersama jajaran Muspika Jatibarang bersinergi dalam upaya penanganan dan pencegahan Covid-19, kemarin. Selain membentuk KTN dan Masjid Tangguh juga  membuat lagu sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat. FOTO: KHOLIL IBRAHIM/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

Bercerai tidak diinginkan dalam setiap rumah tangga. Sebab, bercerai bisa membuat nasib seseorang berubah. Termasuk salah satu warga di Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
Deni Hamdani, Mundu
YUNAH (50), salah satu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Dia terpaksa dipasung selama puluhan tahun. Tragis! Yunah sudah 25 tahun mengalami gangguan jiwa pasca ditinggal suaminya.
Camat Mundu, Anwar Sadat bercerita ada warganya yang mengalami gangguan jiwa. “Namanya Ibu Yunah. Dia mengalami gangguan jiwa karena bercerai dan ditinggal oleh suaminya,” katanya.
Karena keterbatasan biaya, pihak keluarga hanya bisa merawat Yunah dengan cara memasungnya. “Sudah lama dipasung karena tidak ada biaya untuk berobat. Tapi sekarang kondisinya sudah lumpuh, sehingga tidak dipasung lagi. Sekarang menempati sebuah kamar,” tuturnya.
Yunah menderita kelumpuhan pasca menjalani pengobatan alternatif. Karena tidak ada biaya, maka pengobatan alternatif dilakukan, seperti dipijat. “Nggak tahu salah pijat atau bagaimana, kemudian lumpuh, tidak bisa berjalan dan hanya terbaring tidur di kamar,” ungkapnya.
Yunah hanya dirawat oleh sang anak bernama Nindi (27). Nindi yang memandikan dan merawat Yunah, termasuk memberikan makan dan minum. Nindi merasa ingin sekali ibunya diobati sehingga ada perubahan dari sisi kesehatannya. “Nindi juga tidak punya biaya untuk berobat ibunya,” katanya.
Pihak keluarga mencoba melaporkan persoalan tersebut kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon. Termasuk dari Pemerintah Kecamatan Mundu. “Nanti akan kita laporkan kepada dinkes, semoga bisa segera dilakukan pengobatan,” ujarnya.
Nindi ingin ibunya bisa berobat di rumah sakit karena dulu belum pernah karena biayanya nggak ada. Makanya, Nindi merawat ibunya saat beranjak dewasa. “Jadi kalau mandi itu, satu minggu sekali. Pada hari Jumat saya mandikan ibu. Dikasih makan dan minum, termasuk kalau buang air besar juga saya yang mendampingi,” ungkapnya. (*)
 

0 Komentar