SUMBER – Keramaian Pasar Batik Trusmi (Centra Batik Trusmi) milik Pemerintah Kabupaten Cirebon masih tertinggal jauh. Promosinya kalah dengan swasta. Kondisi pandemi Covid-19 bukan menjadi alasan. Saat normal saja, daya tariknya kurang.
“Ada persaingan bisnis tidak sehat sehingga membuat pasar batik milik pemda ini mati. Tidak ada kegiatan ekonomi,” kata anggota Komisi IV DPRD, Yoga Setiawan SE, kepada Radar, kemarin (28/7).
Menurut Yoga, Centra Batik Trusmi yang ada di Dapil I itu perlu perhatian serius dari semua pihak. Agar bisa berkembang dan tidak mati seperti saat ini.
Yoga menilai, tidak hanya karena tengah adanya wabah Covid-19, melainkan ada hal-hal yang menjadikan kegiatan ekonomi di sentra batik ini mati. “Persaingannya keceng, antara para pedagang batik yang ada di sini dengan pengusaha-pengusaha batik yang di luar,” bebernya.
Politisi PDIP itu menjelaskan, di lokasi Centra Batik Trusmi ada oknum penjaga parkir (juru parkir/jukir) yang sengaja melarang bus pariwisata yang akan masuk. Namun malah diarahkan untuk lurus dan masuk ke toko-toko batik yang berada di luar pasar batik pemda.
“Nah ada apa ini! Saya minta pemda ambil tindakan tegas atas oknum penjaga tersebut. Bila perlu sikat saja lah,” tegasnya.
Yoga mengaku bersyukur karena bupati Cirebon dan pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperdagin) Kabupaten Cirebon sudah merespons terkait keadaan terkini Sentra Batik Trusmi yang kondisinya sangat memperihatinkan. Selain tak terurus, juga roda perekonomiannya tidak berjalan.
“Nah, tinggal kita duduk bareng saja nih. Saya juga masih menunggu konsep dari berbagai komunitas dan rekan mahasiswa perihal bagaimana Centra Batik Trusmi bisa ramai pengunjung,” paparnya. (sam)