Dari situ, kata Hempi, Kesultanan Cirebon silih berganti dipimpin oleh sultan yang disinyalir bukan berasal dari trah asli Sunan Gunung Jati.
Sementara itu terkait dengan trah yang dipermasalahkan oleh Rahardjo cs, dirinya juga mendengar bahwa Sultan Sepuh XII bukan merupakan trah asli dari Sunan Gunung Jati.
Menurutnya, banyak pihak juga, yang menyerukan supaya kekuasaan atas Keraton Kasepuhan dikembalikan kepada keturunan asli Sunan Gunung Jati. Ia pun setuju bahwa sejarah peteng untuk segera diluruskan.
Ia berharap polemik yang terjadi saat ini bisa menjadi penyelesaian akhir dari gejolak perebutan takhta yang selalu mengiringi pergantian kekuasaan.
Meski setuju sejarah peteng harus diluruskan, Hempi memandang upaya itu harus melalui proses panjang penelusuran sejarah. Namun, menurutnya, upaya pengungkapan sejarah peteng tak lantas harus diiringi perebutan takhta.
Kajian dan analisa yang panjang oleh pihak-pihak yang berkompeten pun selanjutnya perlu dilakukan. Pelurusan tak bisa serta merta disampaikan hanya melalui klaim-klaim belaka yang kelak akan pula berujung pada saling klaim.
“Maka kiranya perlu dilakukan kajian. Agar ke depannya gejolak yang terjadi tidak terulang. Karena sebagai masyarakat, kita juga berharap bahwa Keraton Kasepuhan sebagai warisan Sunan Gunung Jati bisa eksis dan bertahan terus,” harapnya. (awr)