Walaupun sempat ditutup akibat pandemi Covid-19, pihaknya tetap melakukan perawatan dan perbaikan jika ada kerusakan di museum. Sebab tidak ada jadwal khusus untuk pemugaran dari pemerintah pusat maupun daerah. “Karena tidak ada jadwal pemugaran, paling kalau ada kerusakan sedikit-sedikit langsung diperbaiki. Kalau memang ada bagian-bagian yang rusak kita laporkan, langsung diantisipasi,” imbuhnya.
Adanya keberadaan bangunan ini, masyarakat setempat sangat antusias. Sebab di samping monumen sejarah, museum ini dapat menghidupkan perekonomian masyarakat. Tentu dengan adanya kunjungan dari wisatawan bagi dalam maupun luar Kuningan. “Masyarakat bisa aktivitas menjual jasa baik ojeg, angkot, warung maupun penjual cinderamata. Warga juga turut membantu menjaga keamanan lingkungan, karena ini merupakan kebanggaan khususnya masyarakat Kabupaten Kuningan,” terangnya.
Sebagai pengelola museum selama hampir 31 tahun, Ia berharap, agar keberadaan museum tetap dikelola, dirawat dan dikembangkan karena sebagai tempat bersejarah perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajah. “Museum ini merupakan jati diri bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pejuang, nenek moyang kita yang rela berkorban jiwa dan raga demi kemerdekaan Indonesia. Kalau sampai dihilangkan, anak cucu kita ke depan mau mencari jati diri bangsanya ke mana, perlu ditanamkan sejarah-sejarah perjuangan nenek moyang kita agar tahu jati diri bangsanya,” pungkasnya. (ags)