Dengan luas lahan 37,38 kilometer persegi, Kota Cirebon punya masalah dari sisi permukiman. Keterbatasan lahan di pusat kota, mendorong para pengembang mendirikan perumahan di wilayah selatan kota.
Dari data Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP), jumlah perumahan yang dibangun pengembang mencapai 114 lokasi. Jumlah ini tentu bertambah. Seiring kebutuhan masyarakat dan arus urbanisasi.
DPRKP sendiri membagi perumahan dalam dua kategori. Pertama, yang dikembangkan developer. Dan kedua, pemukiman penduduk. Mengacu pada data jumlah penduduk, kebutuhan perumahan tak sebanding. Banyak yang belum memiliki hunian. Banyak juga rumah dengan kategori tidak layak huni.
Problematika lainnya ialah fasilitas pendukung. Pengembangan perumahan ke wilayah selatan, belum diikuti dengan akses transportasi memadai. Juga jumlah lembaga pendidikan dari jenjang SD hingga SMA.
Hunian akan jadi masalah kota ini dalam beberapa tahun ke depan. Terkhusus generasi milenial. Mereka yang lahir di tahun 1980-2000, akan mengalami problematika serius. Ada jurang kesenjangan antara kemampuan dengan harga pasar properti.
Namun, peningkatan harga ini menghadirkan masalah pada milenial yang ingin memiliki hunian sendiri. Berdasarkan data Real Estate Indonesia (REI), hanya 60-70 persen mereka yang memiliki kemampuan membeli rumah non subsidi. Terutama mereka yang berada di usia 30-35 tahun.
Mengacu survei REI, milenial di rentang usia 30 hingga 35 tahun saat ini rata-rata mendapatkan gaji Rp5-6 juta/bulan. Hanya segelintir saja yang memiliki gaji Rp10 juta/bulan di usia itu. Dari penghasilan itu, bila membeli rumah subsidi, kemampuan mereka di angka 130 persen. Sementara membeli rumah non subsidi ada di kisaran 60-70 persen saja.
Rendahnya kemampuan membeli hunian komersil, merupakan imbas dari penghasilan mereka. Dengan gaji Rp5-10 juta itu, tak berhak dapat subsidi perumahan. Otomatis, mereka harus beralih ke perumahan komersil. Nah di segmen ini, mereka justru ngos-ngosan.
Data ini juga sejalan dengan survei yang dilakukan rumah123.com dan karir.com. Kesimpulannya, lima tahun ke depan, mereka yang di usia 30-35 tahun malah terancam tidak bisa membeli dan memiliki rumah.